JAKARTA — Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa nasionalisme adalah kunci utama untuk melawan disinformasi yang merusak masyarakat Indonesia.
Ia menilai lemahnya kesadaran kebangsaan menjadi celah bagi hoaks dan konten menyesatkan menyebar luas di media sosial.
Dalam sebuah diskusi terkait penanganan hoax dan clickbait, Hasan menyoroti perbandingan dengan negara lain seperti Jepang yang memiliki tingkat nasionalisme tinggi.
Ia mengatakan bahwa media lokal di Jepang enggan menyebarkan narasi yang merendahkan negaranya sendiri.
“Orang Jepang punya ultranasionalisme. Mereka bangga sebagai bangsa, sehingga tidak memparodikan atau menjelekkan negaranya. Di Indonesia, kita justru sering memparodikan pemerintah sendiri. Ini soal kesadaran sebagai bangsa,”kata Hasan Nasbi, pada Talkshow Interaktif bertema “Bagaimana Menghadapi Medan Perang Baru: Cognitive Warfare, Media, Narasi, dan Membangun Persepsi”, Senin (16/6/2025), di ANTARA Heritage Center, Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa disinformasi, fitnah, dan clickbait yang menjamur di media sosial dapat menghancurkan mental masyarakat jika tidak dikendalikan.
“Lebih dari 50 persen informasi di telapak tangan kita mungkin tidak benar, dibuat oleh orang dengan intensi buruk,”katanya.
Meski begitu, Hasan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengambil langkah represif seperti memblokir platform media sosial.
“Kita komitmen pada demokrasi dan kebebasan berpendapat. Tapi, ketika ruang ini dibuka, ada konsekuensi: informasi buruk juga masuk,” ujarnya.
Ajakan untuk Media dan Masyarakat
Hasan mengajak masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi yang diterima serta mendorong media untuk berperan aktif dalam membangun kanal verifikasi fakta.
“Nasionalisme bukan sekadar jargon. Ini soal kebanggaan yang tertanam di hati dan pikiran, sehingga kritik kita fokus pada perbaikan, bukan menghancurkan,”tutupnya