JAKARTA – Pada hari Rabu, Presiden AS yang sebentar lagi selesai menjabat, Joe Biden, dan Presiden terpilih, Donald Trump, menyampaikan pesan Natal dengan pendekatan yang berbeda. Biden, dari Partai Demokrat, mengajak rakyat Amerika untuk merenung dan bersatu, sementara Trump, dari Partai Republik, mengucapkan selamat Natal lalu menyoroti lawan-lawan politiknya.
Dalam video dekorasi Natal Gedung Putih yang dipublikasikan di YouTube pada malam Natal, Biden mengajak warga Amerika untuk menyingkirkan “kebisingan dan segala sesuatu yang memecah belah kita.”
“Kita di sini di bumi ini untuk saling peduli, untuk saling mencintai,” ujar Biden, saat kamera menyorot pohon Natal yang hijau dan perapian yang menghiasi interior Gedung Putih. “Terlalu sering kita melihat satu sama lain sebagai musuh, bukan sebagai tetangga, bukan sebagai sesama warga Amerika,” lanjutnya.
Biden juga mendorong masyarakat untuk menemukan waktu untuk “refleksi diam-diam,” mengingatkan pentingnya memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan bermartabat, serta hidup dalam cahaya kebersamaan. “Kami benar-benar diberkati untuk hidup di negara ini,” katanya.
Sementara itu, Trump mengunggah pesan “Selamat Natal” pada pagi hari di Truth Social, disertai dengan foto dirinya bersama istrinya, Melania. Pesan ini dilihat dan diposting ulang oleh ribuan pengikutnya yang mendukung posisi politiknya, termasuk tentang calon Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan isu penguasaan Greenland serta Terusan Panama.
Kemudian, Trump merilis pesan Natal yang lebih panjang, yang menyebutkan tentara Tiongkok yang katanya mengoperasikan Terusan Panama, dan mengkritik Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Biden, serta para Demokrat.
“Selamat Natal bagi kaum Radikal Kiri yang Gila, yang terus-menerus berusaha menghalangi Sistem Pengadilan dan Pemilu kita,” tulis Trump. “Mereka tahu bahwa satu-satunya kesempatan mereka untuk bertahan hidup adalah mendapatkan pengampunan dari orang yang sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya.”
Biden, yang mulai menjabat pada 2021, berjanji untuk mengakhiri perpecahan yang memisahkan Amerika, seperti yang terlihat dalam persaingan antara merah dan biru, perdesaan dan perkotaan, serta konservatif dan liberal. Pada Juli, Biden mengungkapkan bahwa dia mundur dari pencalonan presiden 2024 untuk berfokus pada penyatuan negara. Namun, pada Pemilu November, Partai Demokrat yang dipimpinnya kalah di semua negara bagian dan kedua majelis Kongres.
Polarisasi di AS, yang semakin meningkat, tercermin dalam kampanye 2024, dan Biden akan kembali menghadapi Trump dalam perebutan kursi kepresidenan. Kongres AS yang baru diperkirakan akan menjadi yang paling terpolarisasi dalam sejarah.
Trump, yang telah menyerukan penuntutan terhadap lawan-lawan politiknya, juga mengusulkan pengambilalihan Terusan Panama dan berencana untuk merestrukturisasi pemerintah federal jika terpilih kembali.