JAKARTA – Produksi beras nasional sepanjang Mei hingga Juli 2025 diperkirakan hanya mencapai 7,75 juta ton.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka ini menurun 1,44 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Meski begitu, secara kumulatif Januari–Juli 2025, produksi diproyeksikan naik signifikan menjadi 21,76 juta ton, meningkat hampir 15 persen dibanding tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa realisasi produksi dapat berubah bergantung pada kondisi tanaman padi hingga Juli.
Sementara itu, untuk konsumsi pangan pada April 2025, produksi beras diperkirakan sebesar 5,23 juta ton, turun 2,68 persen dibandingkan April tahun lalu.
Penurunan produksi ini turut disebabkan oleh menyusutnya luas panen padi.
Pada April 2025, BPS mencatat luas panen mencapai 1,65 juta hektare, turun 3,22 persen dibandingkan April 2024.
“Penurunan luas panen ini diikuti oleh penurunan produksi padi. Diperkirakan produksi padi pada April 2025 mencapai 9,09 juta gabah kering giling, atau turun 2,68 persen dibandingkan April tahun lalu,” katanya.
Produksi Beras Indonesia 2025
Meski terjadi penurunan pada masa panen tertentu, kinerja produksi secara keseluruhan menunjukkan perbaikan.
BPS mencatat bahwa total produksi beras pada subround I (Januari–April 2025) mencapai 14,01 juta ton—naik tajam sebesar 26,54 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Ini menjadi sinyal positif di tengah tekanan iklim dan tantangan pertanian.
Untuk periode tiga bulan ke depan (Mei–Juli 2025), potensi luas panen diprediksi seluas 2,64 juta hektare.
Angka ini turun sekitar 1,66 persen atau 0,04 juta hektare dibandingkan dengan luas panen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, secara agregat, potensi luas panen padi sepanjang Januari–Juli 2025 justru menunjukkan peningkatan.
BPS memproyeksikan total luas panen mencapai 7,14 juta hektare, atau bertambah 0,88 juta hektare dibandingkan periode Januari–Juli 2024—setara dengan peningkatan 14,01 persen.
Potret Ketahanan Pangan dan Tantangan Cuaca
Meski produksi beras secara tahunan menunjukkan tren positif, fluktuasi musiman yang dipicu kondisi iklim menjadi tantangan utama.
“Produksi beras untuk periode Januari–Juli 2025 sendiri diperkirakan meningkat,” ujar Pudji Ismartini.
Ia juga menegaskan bahwa kondisi pertanaman sepanjang musim akan sangat menentukan apakah target tersebut bisa dicapai atau justru turun di luar prediksi.
Kondisi ini mengisyaratkan pentingnya penguatan teknologi dan manajemen pertanian berbasis data. Pemerintah diharapkan segera memperkuat strategi adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian, termasuk pengelolaan irigasi, distribusi pupuk, serta pendampingan petani.***