JAKARTA – PT Rekayasa Industri (Rekind), satu-satunya perusahaan EPC (Engineering, Procurement and Construction) milik negara untuk proses industri, memegang peran strategis dalam pembangunan infrastruktur nasional. Rekind menjadi ujung tombak dalam proyek-proyek vital di sektor energi dan pangan, yang merupakan fokus utama pemerintah dalam memperkuat ketahanan nasional dan mendorong kemandirian serta keberlanjutan.
Melalui pengalaman panjang dan kapabilitas tinggi, Rekind terus memperkuat posisinya sebagai motor penggerak dalam berbagai proyek vital, mulai dari pengolahan gas, kilang, hingga pembangunan fasilitas petrokimia dan pupuk. Rekind berkomitmen untuk berkontribusi nyata terhadap swasembada energi dan pangan nasional masa depan, melalui solusi perekayasaan industri yang terintegrasi dan berkelanjutan. Termasuk, dalam mendukung percepatan transisi menuju energi rendah karbon. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat kedaulatan energi dan ketahanan pangan nasional demi masa depan yang berkelanjutan.
Sebagai bagian dari transformasi bisnis Rekind terus mengembangkan solusi inovatif dan ramah lingkungan yang mampu menjawab tantangan sektor energi dan industri agro di tengah dinamika global.
Gambaran komitmen tersebut tertuang ketika Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) tersebut tampil dalam ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition (Convex) 2025. Sosoknya menjadi sorotan tersendiri, tidak hanya karena hadir bersama 6 anak perusahaannya, tetapi juga karena statusnya yang unik dan strategis turut meramaikan pameran bergengsi yang berangsung sejak 20–22 Mei 2025 itu, di Hall 3A, Booth I-25B di ICE BSD City, Tangerang, Banten.
Kehadiran Rekind dalam gelaran internasional yang mengusung tema: Delivering Growth With Energy Resilience in Lower Carbon Environment itu, mengukuhkan eksistensinya sebagai perusahaan nasional dengan kompetensi dan kapabilitas tinggi dalam mendukung swasembada energi dan pangan nasional. “Partisipasi kami di IPA 2025 menjadi bentuk konkret kontribusi Rekind selama lebih dari 40 tahun, membangun negeri lewat teknologi dan inovasi untuk mendukung kemandirian energi dan pangan nasional,” ujar Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih.
Katanya, dengan seluruh kegiatan operasional yang ditangani oleh putra-putri terbaik bangsa, Rekind merupakan simbol kebangkitan industri EPC nasional. Selama empat dekade lebih, Rekind merancang dan membangun beragam infrastruktur strategis di sektor migas, pupuk, dan ketenagalistrikan, termasuk energi terbarukan menunjukkan, Indonesia mampu berdikari dalam urusan teknis dan rekayasa industri tingkat tinggi.
Dalam sektor migas, peran Rekind tak bisa dipandang sebelah mata. Saat ini, perusahaan tengah terlibat dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang berhasil meningkatkan kapasitas Crude Distillation Unit (CDU) 4 dari 200.000 menjadi 300.000 barel per hari, serta CDU 5 sebesar 60.000 barel per hari. Dengan total kapasitas 360.000 BPH, kilang Balikpapan kini tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia—dan Rekind ada di balik pencapaiannya.
Tak berhenti di situ, Rekind juga terlibat dalam proyek RDMP Balongan Phase 1, yang sukses meningkatkan kapasitas dari 125.000 menjadi 150.000 barel per hari—bahkan diselesaikan lebih cepat dari target, sebuah pencapaian luar biasa yang mencerminkan efisiensi dan kepiawaian teknis Rekind.
Sejarah pun mencatat kontribusi emas Rekind dalam pembangunan Balongan Blue Sky Project, kilang pertama yang sepenuhnya dikerjakan oleh tenaga ahli dalam negeri. Diresmikan oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Agustus 2005, kilang ini menghasilkan bahan bakar berkualitas tinggi dan ramah lingkungan, menjadi tonggak penting dalam sejarah rekayasa energi Indonesia.
Tak kalah strategis, peran Rekind juga tampak dalam proyek Gas Processing Facility (GPF) Jambaran-Tiung Biru (JTB), yang berhasil meningkatkan produksi gas menjadi 192 MMSCFD, melampaui target awal 172 MMSCFD. Peningkatan ini menjadi bukti inovasi teknologi dan ketepatan desain engineering yang dilakukan Rekind, sekaligus menegaskan daya saingnya di pasar energi nasional maupun global.
Di sektor energi terbarukan, Rekind turut menyumbangkan keahliannya dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), yang dikenal memiliki kompleksitas tinggi dan memerlukan keahlian teknis spesifik. Pengerjaan proyek ini menandai kemampuan teknis dalam mendukung transisi energi bersih yang menjadi agenda global.
Lebih dari sekadar perusahaan, Rekind merupakan penggugah kemandirian bangsa di sektor EPC. Sejak didirikan pada 12 Agustus 1981, Rekind tak hanya membangun pabrik-pabrik pupuk yang mendukung produktivitas petani, tetapi juga mengembangkan berbagai fasilitas strategis yang menopang ketahanan energi nasional.
Kehadirannya di IPA 2025 bukan hanya sebagai peserta pameran, tapi sebagai representasi kemampuan bangsa sendiri untuk membangun negeri secara mandiri—dari hulu ke hilir, dari energi fosil hingga terbarukan. Rekind tak hanya menjawab tantangan teknis, tapi juga menjadi bagian dari solusi besar Indonesia menuju kedaulatan energi dan industri nasional