JAKARTA – Di tengah meningkatnya gejolak sosial dan maraknya provokasi yang memicu kerusuhan di berbagai daerah, Syam Basrijal, Founder Restorasi Jiwa Indonesia, menyuarakan seruan moral agar masyarakat menjaga kewarasan, kejernihan hati, dan ketenangan jiwa sebagai bentuk perlawanan yang bermartabat terhadap hasutan dan upaya adu domba.
Syam menekankan pentingnya ketenangan dalam menghadapi badai sosial dan politik. Ia menyebut masyarakat membutuhkan “mata tenang di tengah pusaran badai”, sebuah metafora bagi mereka yang tidak mudah terseret emosi dan tetap berpikir jernih.
“Amarah adalah energi yang bisa membebaskan, namun juga bisa membinasakan. Ketika ia tak terkendali, ia lebih berbahaya daripada isu yang memicunya,” ujar Syam, Sabtu (30/8/2025).
Ia memperingatkan bahwa dominasi emosi dapat menghilangkan ruang nalar, membuka celah bagi provokasi. Menurutnya, banyak orang keliru menganggap teriakan keras sebagai kekuatan, padahal justru itulah pintu masuk bagi provokator.
“Tetap waras bukan berarti menyerah. Justru di tengah badai, kewarasan adalah satu-satunya jangkar yang menjaga agar kapal tidak karam,” tuturnya.
Syam juga menyoroti pola provokasi yang kerap menyusup dalam aksi massa. Ia mengajak masyarakat untuk kembali pada suara hati yang jernih dan tidak mudah terhasut.
“Suara hati yang jernih tidak membakar, melainkan menyejukkan. Ia tidak mendorong kita untuk menghancurkan, melainkan mengingatkan untuk menjaga,” katanya.
Ia menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap upaya penunggangan politik. Menurutnya, sikap berdaulat secara jiwa adalah ketika rakyat menolak dijadikan pion dalam permainan kekuasaan.
“Menolak ditunggangi adalah sikap berdaulat secara jiwa, sikap yang memastikan bahwa kita tetap milik bangsa ini, bukan alat permainan siapa pun,” tegas Syam.
Melalui narasi “Restorasi Jiwa Bangsa”, Syam mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memulihkan kesehatan jiwa secara kolektif. Ia menilai bahwa ketenangan batin dan kecakapan berpikir adalah kunci agar masyarakat tidak mudah tersulut emosi.
“Restorasi jiwa bangsa bukan jargon kosong. Ia adalah ajakan untuk menyehatkan kembali cara pandang, cara merasa, dan cara bersikap,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Syam menyampaikan pesan besar bahwa kewarasan bukan sekadar perlindungan diri, melainkan bentuk perlawanan kolektif yang paling penting saat ini.
“Indonesia adalah rumah bersama yang luas. Gelombang provokasi mungkin akan terus datang, tetapi jika jiwa-jiwa kita tetap jernih, rumah ini akan tetap berdiri,” pungkasnya.