MEXICO – Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menyampaikan apresiasinya terhadap kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diumumkan pada Rabu (15/1). Lula menegaskan komitmen Brasil untuk mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Dalam pernyataannya melalui akun media sosial X, Lula menyebut kabar gencatan senjata sebagai harapan baru setelah penderitaan berkepanjangan akibat konflik di Gaza.
“Setelah begitu banyak penderitaan dan kehancuran, kabar bahwa gencatan senjata di Gaza akhirnya berhasil dinegosiasikan membawa harapan. Semoga penghentian konflik dan pembebasan para sandera membantu membangun solusi yang langgeng untuk membawa perdamaian dan stabilitas ke seluruh Timur Tengah,” tulisnya.
Kementerian Luar Negeri Brasil juga menyampaikan harapannya agar semua pihak menghormati kesepakatan yang telah dicapai.
“Brasil mendesak pihak-pihak terkait untuk menghormati ketentuan dalam kesepakatan dan memastikan penghentian permusuhan secara permanen, pembebasan semua sandera, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa hambatan,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Brasil.
Pemerintah Brasil menyoroti pentingnya rekonstruksi infrastruktur sipil di Gaza sebagai langkah awal menuju perdamaian yang berkelanjutan.
Pernyataan itu juga menyerukan dimulainya kembali proses perdamaian antara Israel dan Palestina, dengan menegaskan dukungan Brasil terhadap solusi dua negara.
“Brasil mendukung keberadaan Negara Palestina yang merdeka dan layak, hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel dalam perbatasan tahun 1967, yang mencakup Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” tegas Kementerian.
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengumumkan bahwa mediator telah mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Implementasi kesepakatan tersebut dijadwalkan dimulai Minggu mendatang, mengakhiri 15 bulan perang di wilayah itu.
Sejak serangan militer Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 46.600 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas di Gaza.
Resolusi Dewan Keamanan PBB sebelumnya telah menyerukan penghentian kekerasan segera, tetapi konflik terus berlanjut hingga tercapainya kesepakatan ini.