JAKARTA – Pemerintah mencatat capaian luar biasa pada serapan beras nasional selama April 2025.
Berdasarkan laporan sementara, angka serapan telah mencapai 950 ribu ton, dan dalam dua hari ke depan diprediksi menembus angka 1.050.000 ton.
Lonjakan ini menjadi penanda pulihnya sektor pertanian dan meningkatnya kapasitas distribusi hasil panen di berbagai daerah.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut pencapaian tersebut sebagai momen langka yang belum pernah terjadi dalam dua hingga tiga dekade terakhir.
“Ini kebanggaan, mungkin 20–30 tahun terakhir belum pernah terjadi,” ucapnya di Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Ia menilai keberhasilan ini merupakan buah dari sinergi program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang didorong pemerintah sejak awal tahun.
Amran juga menyampaikan bahwa total stok beras nasional saat ini telah mencapai 3,18 juta ton.
Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan yang relatif aman untuk menghadapi masa paceklik atau gangguan distribusi akibat cuaca ekstrem.
Kendati demikian, pemerintah tetap bersikap hati-hati membuka keran ekspor, dengan pertimbangan utama menjaga kecukupan pangan dalam negeri.
Ketertarikan sejumlah negara seperti Malaysia terhadap beras Indonesia menjadi indikator bahwa hasil pertanian nasional mulai mendapat pengakuan internasional.
Namun, Menteri Amran menegaskan bahwa prioritas utama tetap diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kami ingin memastikan tidak ada gejolak harga atau kekurangan stok di pasar domestik sebelum melangkah ke ekspor,” tegasnya.
Mitigasi Sejak Dini
Amran mengingatkan bahwa krisis pangan global akibat perubahan iklim kini menjadi tantangan besar yang tak bisa diabaikan.
Ia mencontohkan bagaimana Jepang, Malaysia, dan Filipina mengalami tekanan signifikan akibat gagal panen dan cuaca ekstrem.
Pemerintah Indonesia, menurutnya, tidak ingin kecolongan dan harus menyiapkan mitigasi sejak dini.
“Kami loyal kepada Bapak Presiden,” ujarnya saat ditanya soal rencana ekspor.
Ia menyatakan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden, dan Kementerian Pertanian siap menjalankan kebijakan apapun dengan tetap menjaga keseimbangan antara ekspor dan pemenuhan kebutuhan domestik.
Strategi pemerintah saat ini lebih mengarah pada penguatan cadangan beras nasional dengan memperluas titik distribusi, memaksimalkan lumbung pangan daerah, serta mempercepat modernisasi sistem pertanian.
Kementan juga terus menggalakkan penyediaan benih unggul, pupuk bersubsidi tepat sasaran, dan perluasan lahan tanam untuk menjaga tren surplus beras tetap stabil dalam jangka panjang.
Dalam menghadapi tantangan cuaca yang tak menentu, Menteri Amran menyatakan bahwa koordinasi lintas lembaga, termasuk dengan BMKG, Bapanas, dan Bulog, terus diperkuat.
Fokus utama pemerintah tetap menjaga agar Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga memiliki daya tahan terhadap krisis pangan global yang kini mengancam berbagai negara.***




