JAKARTA – Anggota Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Bahauddin Thonti, meninggal dunia pada Rabu (15/10) pukul 14.00 WIB di kediamannya di Jalan Dago Pakar Barat, Bogor, Jawa Barat. Politisi senior tersebut wafat dalam usia lanjut dan dikenal luas sebagai tokoh loyal serta pejuang partai.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, membenarkan kabar meninggalnya Bahauddin Thonti. “Iya, benar (Bapak Bahauddin Thonti tutup usia),” kata Jansen, Rabu.
Pernyataan serupa disampaikan Ketua Dewan Pakar Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, yang menekankan rasa kehilangan mendalam atas kepergian sesepuh partai tersebut. Andi, yang saat ini berada di luar kota, mengharapkan kader muda meneladani dedikasi almarhum dalam memperjuangkan nilai-nilai partai.
“Saya juga baru diberitahu, karena saya masih di luar kota. Kami sangat kehilangan seorang sesepuh Partai Demokrat. Mudah-mudahan kader-kader kami yang muda-muda bisa mengambil inspirasi dari loyalitas, keteguhan, dan kejuangan almarhum,” jelas dia.
Bahauddin Thonti, yang selama ini aktif di Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, dikenal sebagai figur kunci dalam sejarah partai berlambang bintang mercy itu. Kepergiannya menjadi pengingat bagi seluruh elemen partai untuk melanjutkan semangat perjuangan di tengah dinamika politik nasional. Informasi ini dihimpun dari sumber internal partai dan pesan duka yang beredar di kalangan kader.
Dalam pesan duka yang diterima, keluarga dan rekan menyampaikan harapan agar almarhum husnul khotimah.
“Mohon doanya bagi Almarhum Bapak terkasih, semoga diterima semua amal ibadahnya dan mendapat tempat terbaiknya di surga. Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan menghadapi duka cita ini. Amin,” demikian bunyi pesan tersebut.
Partai Demokrat kini fokus pada prosesi pemakaman dan penghormatan terakhir, sementara kader diimbau untuk mengenang kontribusi Bahauddin Thonti dalam membangun partai sejak era awal. Kehilangan ini menambah daftar tokoh senior politik Indonesia yang tutup usia di tahun 2025, menyoroti pentingnya regenerasi kepemimpinan di partai oposisi utama.




