Platform streaming musik, Spotify, menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, yang diduga dipicu oleh pengaruh kecerdasan buatan (AI). Spotify, yang telah mencapai reputasi besar dalam bisnis streaming musik dengan fitur personalisasi berbasis AI, sebelumnya telah melakukan PHK sebanyak tiga kali dalam tahun ini.
Pada bulan Januari, mereka melakukan pemutusan untuk 590 posisi, diikuti oleh 200 posisi pada bulan Juni, dan yang terbaru melibatkan 1.500 posisi minggu lalu.
Perusahaan telah memanfaatkan kecerdasan buatan di berbagai platformnya, termasuk peluncuran AI DJ yang mensimulasikan pengalaman radio tradisional di 50 pasar tambahan. Mereka juga memperkenalkan AI Voice Translation untuk podcast dan meluncurkan buku audio ke pelanggan premium. Saham perusahaan telah mengalami kenaikan lebih dari 30% dalam enam bulan terakhir dan lebih dari 135% year to date.
Menurut Justin Patterson, analis riset ekuitas di KeyBanc Capital Markets, “Dengan peluncuran buku audio ke pelanggan premium, kami yakin Spotify memiliki beberapa peluang untuk mendorong keterlibatan dan pada akhirnya monetisasi yang lebih kuat.”
Peningkatan keterlibatan juga merupakan fokus utama Spotify, yang pada bulan November lalu bermitra dengan Google Cloud untuk meningkatkan rekomendasi buku audio dan podcast melalui penggunaan salah satu model bahasa Google Cloud, yaitu Vertex AI Search.
Sebagai bagian dari upayanya untuk memperkuat posisinya di industri podcast, Spotify juga menggabungkan teknologi AI, seperti AI DJ dan OpenAI “Whisper,” alat terjemahan suara, untuk meningkatkan pengalaman pengguna dalam berbagai bahasa.
Meskipun menghadapi tantangan dan penghematan karena permintaan yang berkurang di era pandemi, Spotify tetap berkomitmen untuk memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menjaga daya saing dan meningkatkan layanan bagi para pengguna.