JAKARTA – Silaturahmi politik bernuansa Lebaran terjadi saat Ragowo Hediprasetyo atau Didit Prabowo, putra Presiden terpilih Prabowo Subianto, menyambangi kediaman Megawati Soekarnoputri pada Senin, 31 Maret 2025.
Kunjungan ini mendapat tanggapan positif dari Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang menyebutnya sebagai bentuk menjalin komunikasi hangat lintas tokoh bangsa di momen suci Idulfitri.
“Kunjungan Mas Didit itu untuk menjaga silaturahmi dalam suasana Lebaran,” kata Dasco saat memberikan pernyataan pada Minggu, 6 April 2025.
Didit hadir bersama Sekretaris Jenderal DPP Gerindra, Ahmad Muzani, dalam kunjungan yang berlangsung sekitar tiga jam di rumah Megawati yang berlokasi di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Meski Didit tak memberikan keterangan kepada media usai pertemuan, gestur ini memicu beragam spekulasi dari publik dan pengamat politik.
Banyak yang mengaitkannya sebagai sinyal pembuka menuju pertemuan besar antara Presiden Prabowo dan Ketua Umum PDIP Megawati.
Seiring wacana itu, elite kedua partai juga terus menyuarakan kemungkinan terbukanya komunikasi politik lanjutan.
Namun, Ahmad Muzani membantah adanya agenda politik dalam silaturahmi tersebut. “Tidak ada pembicaraan politik,” ujar Muzani menegaskan.
Menurutnya, pembicaraan yang berlangsung semata-mata tentang suasana Lebaran dan nilai-nilai kekeluargaan, bukan langkah strategis atau arah koalisi pasca Pemilu 2024.
Meski begitu, gestur Didit tetap dianggap penting dalam konteks hubungan antara Partai Gerindra dan PDIP.
Di tengah peta politik yang dinamis pascapemilu, interaksi seperti ini kerap menjadi awal dari babak baru dalam perpolitikan nasional.
Apalagi, hubungan Prabowo dan Megawati memiliki sejarah panjang dan unik dalam politik Indonesia.
Dengan merawat tradisi silaturahmi, para tokoh politik menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan antarpemimpin tetap dijaga di atas perbedaan politik.
Langkah Didit ini pun dinilai sebagai bagian dari diplomasi personal yang dapat membuka jalur dialog ke depan—baik dalam bingkai politik kebangsaan maupun kepentingan bersama untuk masa depan Indonesia.***