SUMEDANG – Bencana pergerakan tanah mengguncang infrastruktur vital Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Jawa Barat, tepatnya di Kilometer 177, Blok Binong–Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.
Insiden ini menyebabkan badan jalan tol amblas hingga 50 sentimeter dan barrier beton retak, memaksa pihak berwenang menutup jalur cepat dan mengalihkan arus kendaraan ke jalur lambat untuk mencegah risiko kecelakaan.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu, 17 Mei 2025, sekitar pukul 10.00 WIB, ini menjadi perhatian serius karena mengancam keselamatan pengguna jalan. Kapolres Sumedang, AKBP Joko Dwi Harsono, menjelaskan, “Seluruh kendaraan kini dialihkan ke jalur lambat, sementara jalur cepat ditutup total untuk mencegah risiko kecelakaan.”
Ancaman Longsor dan Dampak pada Warga Sekitar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang melaporkan bahwa pergerakan tanah ini dipicu oleh intensitas hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir. Longsoran yang terjadi memiliki mahkota sepanjang 170 meter dengan ketinggian sekitar 300 meter, mengakibatkan kerusakan signifikan pada struktur jalan tol. Tidak hanya infrastruktur, sekitar 60 rumah warga di Dusun Bojongtotor kini berada dalam ancaman langsung akibat fenomena ini.
Warga setempat, Een, mengungkapkan kekhawatirannya. “Udah lama sih, sejak hujan turun deras, ada sekitar 5 bulanan lebih. Retakan tanah tiap detik itu maju terus hingga batas jalan. Itu besi sudah pada hancur dan paku alamnya juga sudah renggang,” ujarnya, Rabu (14/5/2025).
Upaya Penanganan dan Pengalihan Jalur
Pihak kepolisian bersama PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT), pengelola Tol Cisumdawu, telah berkoordinasi untuk mengamankan area tersebut. Direktur Operasional CKJT membenarkan adanya pergerakan tanah dan memastikan langkah penanganan sementara telah dilakukan, termasuk pengalihan arus kendaraan.
“Kami menekankan pentingnya penanganan cepat dan tepat untuk mencegah korban jiwa, baik dari bencana longsor maupun kecelakaan lalu lintas. Bila kondisi memburuk, ruas Tol Cisumdawu arah Majalengka akan ditutup dan dialihkan ke Gerbang Tol Sumedang dan Pamulihan,” tegas Kapolres Joko.
Selain di KM 177, pergerakan tanah juga dilaporkan terjadi di KM 205, memperparah kekhawatiran akan stabilitas struktur tol. BPBD Sumedang mengimbau warga dan pengguna jalan untuk tetap waspada, terutama saat hujan deras, karena potensi longsor masih tinggi.
Hujan Deras Jadi Pemicu Utama
Menurut laporan, tingginya curah hujan sejak beberapa bulan terakhir menjadi faktor utama di balik pergerakan tanah ini. Kondisi terparah terjadi pada Minggu, 11 Mei 2025, ketika tanah turun hingga 50 sentimeter, merusak badan jalan dan tembok penahan.
Fenomena ini bukanlah yang pertama, karena warga menyebutkan pergerakan tanah sudah terdeteksi sejak lima bulan lalu.
Langkah ke Depan untuk Keamanan
Untuk mencegah dampak lebih lanjut, pihak berwenang terus memantau kondisi di lapangan. Pengelola tol juga berupaya melakukan perbaikan struktural agar jalur dapat kembali beroperasi normal. Namun, dengan ancaman longsor yang masih membayangi, kewaspadaan menjadi kunci utama bagi pengguna jalan dan warga sekitar.