JAKARTA – Tanggal 30 Mei 1619 menjadi titik balik sejarah Indonesia ketika Jayakarta—cikal bakal Jakarta—resmi jatuh ke tangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Kota ini kemudian berganti nama menjadi Batavia, menandai awal dominasi kolonial Belanda di wilayah Nusantara.
Awal Mula Penaklukan Jayakarta
Pada abad ke-17, Jayakarta adalah pelabuhan strategis di bawah kekuasaan Kesultanan Banten. Lokasinya yang berada di muara Sungai Ciliwung menjadikannya pusat perdagangan yang ramai. Namun, ambisi VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara membuat Jayakarta menjadi incaran. Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC yang dikenal tegas dan penuh strategi, memimpin serangan pada 30 Mei 1619. Dengan kekuatan militer dan taktik cerdik, VOC berhasil merebut kota ini dari Kesultanan Banten.
“Jan Pieterszoon Coen menaklukkan Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia, pada 30 Mei 1619,” tulis laporan sejarah yang dikutip dari berbagai sumber. Tanggal ini juga menjadi Hari Jadi Kota Batavia, yang kini diperingati sebagai momen bersejarah bagi Jakarta.
Dari Jayakarta ke Batavia, Transformasi Kota
Setelah penaklukan, VOC tidak hanya mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, tetapi juga mengubah wajah kota. Batavia didesain sebagai pusat perdagangan kolonial dengan benteng-benteng megah, kanal-kanal ala Belanda, dan sistem administrasi yang ketat. Pelabuhan Jayakarta yang semula ramai dengan pedagang lokal dan Asia kini menjadi basis operasi VOC untuk mengendalikan perdagangan di Asia Tenggara.
Perubahan ini tidak terjadi tanpa dampak. Masyarakat lokal yang sebelumnya hidup di bawah Kesultanan Banten harus beradaptasi dengan aturan kolonial. Benteng Batavia, yang kini menjadi cikal bakal kawasan Kota Tua Jakarta, menjadi simbol kekuasaan Belanda di tanah Jawa. Namun, di balik kemegahan itu, banyak cerita perjuangan dan resistensi dari masyarakat lokal yang tidak ingin tunduk.
Jan Pieterszoon Coen, Sosok di Balik Penaklukan
Jan Pieterszoon Coen, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC pada 1619–1623 dan 1627–1629, dikenal sebagai arsitek utama ekspansi Belanda di Nusantara. Dengan visi membangun imperium perdagangan, Coen tidak segan menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuannya. Penaklukan Jayakarta adalah salah satu langkah besar dalam ambisinya menjadikan VOC sebagai kekuatan dominan di Asia.
Namun, Coen juga menuai kontroversi. Taktiknya yang keras dan kejam dalam menaklukkan wilayah-wilayah strategis sering kali memicu penderitaan bagi penduduk lokal. Meski begitu, perannya dalam sejarah tidak bisa diabaikan, karena Batavia yang ia dirikan menjadi cikal bakal Jakarta modern.
Makna Sejarah bagi Jakarta Modern
Peristiwa 30 Mei 1619 bukan sekadar cerita masa lalu. Runtuhnya Jayakarta dan berdirinya Batavia menjadi titik awal perjalanan panjang Jakarta sebagai kota metropolitan. Dari pelabuhan kecil di bawah Kesultanan Banten, Jakarta kini telah menjelma menjadi ibu kota Indonesia yang penuh dinamika. Hari jadi Batavia, yang dirayakan setiap 30 Mei, menjadi pengingat akan akar sejarah kota ini.
Menariknya, sejarah Jakarta tidak berhenti di era Batavia. Pada 22 Juni 1527, Fatahillah, tokoh yang mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, dianggap sebagai pendiri Jayakarta. Tanggal ini kemudian diresmikan sebagai Hari Ulang Tahun Jakarta oleh Wali Kota Sudiro pada 1950-an, setelah diskusi dengan para ahli sejarah seperti Mohammad Yamin dan Dr. Sukanto.
Peristiwa Lain di 30 Mei
Selain runtuhnya Jayakarta, tanggal 30 Mei juga mencatat peristiwa penting lainnya. Misalnya, pada 2015, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menerima sanksi pembekuan dari FIFA akibat masalah tata kelola. Peristiwa ini menjadi sorotan besar di dunia olahraga Indonesia. Selain itu, 30 Mei juga diperingati sebagai Hari Memeluk Kucing Peliharaan Internasional, sebuah momen unik untuk menunjukkan kasih sayang kepada hewan kesayangan.
Kisah penaklukan Jayakarta mengajarkan kita tentang dinamika kekuasaan, perdagangan, dan perjuangan di masa lalu. Jakarta yang kita kenal hari ini adalah hasil dari perjalanan panjang, dari Jayakarta, Batavia, hingga menjadi ibu kota modern. Memahami sejarah ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga identitas dan warisan budaya.