JAKARTA – Kericuhan saat demonstrasi di Alun-alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (30/8/2025), meninggalkan luka mendalam bagi para tukang sol yang sehari-hari mencari nafkah di kawasan tersebut.
Bukan hanya kerusakan fasilitas umum, para pedagang kecil pun ikut merasakan dampaknya setelah sepatu dagangan mereka habis dijarah massa.
Salah satunya dialami Rochmat (62), tukang sol sepatu yang sudah puluhan tahun bekerja di sekitar alun-alun.
Ia menceritakan bagaimana situasi berubah kacau ketika ratusan massa datang dan melakukan tindakan anarkis.
Barang dagangan yang ia titipkan bersama rekan-rekannya pun ikut lenyap digasak orang tak dikenal.
“Mereka datang langsung melempari kantor pemkab dengan batu, bambu, ada petasan juga,” ungkap Rochmat dikutip Kompas Minggu (31/8/2025).
Merasa nyawanya terancam, Rochmat memilih pulang lebih awal. Dari pagi ia belum banyak mendapat pelanggan, baru satu orang, sebelum akhirnya suasana berubah mencekam.
“Begitu ramai-ramai saya langsung pulang sekitar pukul 14.30 WIB, karena takut. Padahal dari pagi enggak ada pelanggan, baru dapat satu malah ada ramai-ramai,” jelasnya.
Biasanya Rochmat bekerja sampai sore bersama tiga rekannya yang lain. Namun kali ini, teman-temannya sudah pulang lebih cepat. Sepatu dan boks perkakas yang dititipkan di kompleks kantor pemkab menjadi sasaran amuk massa.
“Tiga teman saya biasa menitipkan di dekat Pos Satpol PP, kalau punya saya dititipkan di tempat lain. Kemarin saya cuma nitip tiga sepatu dagangan di dekat pos karena boks milik saya enggak muat bawa semua sepatu,” tuturnya.
Namun, pos tersebut justru dirusak, dan sepatu-sepatu yang dititipkan raib dijarah.
“Punya saya cuma ada tiga, semuanya sepatu dagangan. Harganya satunya paling Rp 50.000, memang bukan rezeki saya,” kata Rochmat pasrah.
Lebih parah, rekan-rekannya kehilangan jauh lebih banyak, bahkan sebagian merupakan milik pelanggan yang tengah diperbaiki.
“Semuanya habis, tadi pagi orangnya datang hanya terdiam, karena sebagian merupakan milik pelanggan. Orangnya bingung gimana kalau ditanya pelanggan,” tambahnya.
Rochmat mengaku tidak pernah menyangka kericuhan akan berdampak langsung pada mata pencahariannya.
“Selama mangkal di sini sejak 1998, baru pernah ada demo seperti ini,” ujarnya dengan nada heran.
Peristiwa ini menambah panjang deretan kerugian akibat aksi massa anarkis di Purwokerto.
Bagi para tukang sol yang hidup dari kerja harian, kehilangan dagangan bukan sekadar soal barang, melainkan juga harapan untuk bisa bertahan hidup sehari-hari.***




