SUMUT – Seorang siswa SMA di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Pandu Brata Siregar (18), meninggal dunia usai diduga mengalami tindak kekerasan dari oknum polisi. Korban disebut ditendang saat pengejaran oleh polisi, setelah dituduh menggunakan narkoba.
Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi, mengungkapkan bahwa Pandu sempat diamankan karena dicurigai menggunakan narkoba.
“Saat diamankan, Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat curiga gerak-gerik yang bersangkutan, dan melakukan tes urine, dan ternyata positif,” ujar Anwar
Namun, pernyataan tersebut langsung dibantah keras oleh pihak keluarga korban. pihak keluarga korban tuduhan terhadap Pandu adalah fitnah.
“Fitnah, itu tidak benar. Karena saya setiap hari dengan korban. Saya tau persis kehidupan dia (korban). Jangankan sabu, rokok pun tidak,” ujarnya.
Kerabat tersebut juga menjelaskan bahwa Pandu tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi masuk TNI. Menurutnya, tidak masuk akal jika Pandu mengonsumsi narkoba.
“Dia ini mau masuk TNI. Dia juga bukan anak yang nakal, saya tau dia juga pelari, dia berprestasi. Terbukti, setiap dia ikuti lomba, dia selalu juara. Dimana dia narkobanya?” tegasnya.
Kesaksian Rekan Korban
Seorang teman korban yang menyaksikan langsung proses tes urine mengungkapkan bahwa hasilnya sempat dinyatakan negatif sebelum akhirnya berubah menjadi positif setelah diuji ulang.
“Saya tau, dua kali dia ini di tes. Pertama negatif, kemudian yang kedua samar-samar. Kami keluar duduk di depan ruangan Kanit Intel, kemudian dia dipanggil masuk dan dinyatakan positif narkoba,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa Pandu memang sedang serius mempersiapkan diri untuk seleksi TNI.
Kronologi Kejadian Tragis
Kerabat korban menceritakan bahwa insiden bermula saat Pandu tengah menonton balap lari bersama teman-temannya di dekat PT Sintong. Saat itu, dua polisi datang dengan sepeda motor untuk membubarkan kegiatan tersebut.
“Jadi awalnya dia ini nonton balap lari sama teman-temannya. Kemudian, ada polisi dua sepeda motor mengejar dan membubarkan balapan itu. Karena kewalahan, mereka satu sepeda motor tarik lima,” katanya.
Dalam situasi tersebut, terjadi aksi kejar-kejaran antara polisi dan kelompok pemuda yang berusaha melarikan diri. Pandu yang berada di salah satu sepeda motor melompat untuk menghindari kejaran polisi, namun mengaku ditendang dua kali setelah terjatuh.
“Setelah dikejar, satu orang lompat kemudian lari, lepas dari kejaran polisi. Saat korban lompat, terjatuh, dan pengakuan korban saat itu langsung ditendang sebanyak dua kali,” ungkap kerabatnya.
Akibat kejadian tersebut, Pandu mengalami cedera serius di bagian lambung, yang diduga menjadi penyebab kematiannya.
Polisi: Tidak Ada Kontak Fisik Saat Pengejaran
Menanggapi tudingan penganiayaan, Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi, menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat menunjukkan rekaman CCTV yang memperlihatkan proses penangkapan Pandu.
“Di TKP, karena itu pedesaan dan suasana gelap, kemungkinan CCTV tidak ada. Berdasarkan hasil keterangan sebelumnya, jarak antara mobil patroli petugas dan yang bersangkutan lompat dari sepeda motor ada 50 meter, artinya tidak ada kontak fisik saat pengejaran,” katanya.
Saat ditanya mengenai luka dalam yang ditemukan dalam hasil pemeriksaan medis, Sanusi menyebut bahwa pihaknya masih akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
“Di media sosial ada saya lihat, tapi nanti kami juga akan mengecek langsung ke rumah sakit terkait itu. Jika ada bukti tindakan kekerasan, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.
Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.