GAZA, PALESTINA – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menuai kecaman global setelah mengumumkan rencana kontroversialnya untuk mengambil alih Jalur Gaza.
Rencana ini disampaikan saat pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Washington pada Selasa (4/2/2025). Trump menyatakan bahwa warga Palestina akan “senang meninggalkan Gaza” dan berencana mengubah wilayah tersebut menjadi “Riviera of Middle East”. Namun, rencana ini dianggap sebagai upaya pembersihan etnis dan melanggar hukum internasional.
Militan Hamas menegaskan penolakan tegas terhadap rencana Trump. “Trump biarlah mengetahuinya, kami tetap di tanah Palestina meski menderita,” ujar perwakilan Hamas pada Sabtu (8/2/2025). Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut rencana Trump sebagai “konyol dan tidak masuk akal” yang berpotensi memicu kerusuhan di wilayah tersebut.
Izzat al-Risheq, pejabat Hamas lainnya, menambahkan, “Gaza bukan properti yang bisa diperjualbelikan. Pernyataan Trump hanya menunjukkan kebingungan dan ketidaktahuan tentang Palestina.”
Dunia Serukan Penolakan
Rencana Trump memicu gelombang kecaman dari berbagai pemimpin dunia dan organisasi internasional.
Berikut beberapa tanggapan:
1. PBB
Riyad Mansour, pemimpin delegasi Palestina untuk PBB, menegaskan, “Orang-orang Palestina ingin membangun kembali Gaza karena di sinilah tempat kami berada.”
2. Mesir
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menekankan pentingnya melanjutkan proyek pemulihan di Gaza tanpa memindahkan warga Palestina.
3. Arab Saudi
Arab Saudi menegaskan penolakan terhadap segala upaya pengusiran warga Palestina dan menuntut pembentukan negara Palestina sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel.
4. Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan, “Mempraktikkan kebijakan hukuman kolektif adalah metode yang ditolak Rusia.”
5. China
Kementerian Luar Negeri China menentang pemindahan paksa warga Gaza dan mendorong solusi dua negara.
6. Jerman
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menegaskan, “Pengusiran warga Palestina tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional.”
7. Prancis
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Christophe Lemoine, menyatakan, “Masa depan Gaza harus berada dalam konteks negara Palestina di masa depan.”
8. Brasil
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, menyebut rencana Trump sebagai “hal yang tidak masuk akal”.
9. Australia
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara namun enggan mengomentari langsung pernyataan Trump.
Trump dan Implikasi Rencananya
Trump mengklaim bahwa warga Palestina akan dipindahkan sementara sebelum AS mengambil alih Gaza. Namun, hal ini dianggap sebagai upaya pembersihan etnis yang melanggar hak-hak dasar warga Palestina. Rencana ini juga dinilai akan memperburuk ketegangan di Timur Tengah dan merusak upaya perdamaian yang telah dibangun selama ini.
Rencana Trump untuk mengambil alih Gaza tidak hanya ditolak oleh Hamas tetapi juga oleh mayoritas pemimpin dunia. Kecaman terhadap rencana ini menunjukkan betapa pentingnya menghormati kedaulatan dan hak-hak warga Palestina. Gaza bukanlah properti yang bisa diperdagangkan, melainkan rumah bagi jutaan warga Palestina yang berhak hidup damai di tanah air mereka.