JAKRTA – Dalam kampanyenya, Donald Trump terang-terangan menunjukkan sikap yang pro pada pengeboran minyak, memberikan arah kebijakan energi yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinannya.
Pendekatan Trump yang mendorong eksplorasi minyak diperkirakan akan meningkatkan pasokan minyak global, menekan harga minyak mentah di tengah kondisi ekonomi dunia yang penuh tantangan.
Bank Citi memproyeksikan harga rata-rata minyak mentah Brent pada 2025 akan berada di angka USD 60 per barel, turun 21% dari rata-rata USD 75,76 per barel pada 2024.
Saat ini, harga minyak dunia telah menyentuh USD 80 per barel, didorong oleh sanksi terhadap Rusia dan pasokan minyak AS yang terbatas.
Berdasarkan data Refinitiv, pada Jumat (17/1/2024), harga minyak Brent tercatat USD 80,79 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di angka USD 77,88 per barel.
Sepanjang Januari 2025, harga minyak telah melonjak signifikan, dengan Brent naik 8,2% dan WTI naik 8,8%, mencatatkan kinerja bulanan terbaik sejak September 2024.
Dampak Kebijakan Trump pada Produksi Minyak
Bank Citi mencatat bahwa kebijakan energi Trump berpotensi memberikan keuntungan besar bagi industri minyak melalui insentif pajak untuk investasi modal dalam eksplorasi dan produksi. Trump juga diperkirakan akan membalikkan kebijakan era Biden, seperti kenaikan biaya royalti dan tarif sewa lahan federal.
Kebijakan ini diprediksi dapat mendorong OPEC+ untuk mengurangi pembatasan produksi lebih cepat, sehingga berdampak pada harga minyak mentah.
Namun, pendekatan ini juga memiliki dampak campuran terhadap pertumbuhan ekonomi global, dengan risiko negatif bagi kawasan seperti Eropa dan China.
Menurut Warren Patterson, Kepala Strategi Komoditas Ing, lahan federal akan menjadi sumber utama pertumbuhan tambahan produksi minyak AS.
“Produksi minyak darat di lahan federal menyumbang sekitar 12% dari total produksi pada 2023, dan jika produksi lepas pantai juga dihitung, angka ini meningkat menjadi 26%,” ujarnya.
Selama periode pertama kepemimpinan Trump (2017–2021), ia memang telah mengeluarkan lebih dari 4.000 izin sewa minyak dan gas di tanah federal, jauh lebih banyak dibandingkan era Biden yang hanya mengeluarkan sekitar 1.400 izin dalam tiga tahun pertama masa jabatannya.
Prediksi Pasokan Minyak Global
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak global akan meningkat sebesar 1,8 juta barel per hari pada 2025 menjadi 104,7 juta barel per hari, dibandingkan peningkatan 660 ribu barel per hari pada 2024.
Produksi non-OPEC+, termasuk AS, diperkirakan naik 1,5 juta barel per hari menjadi 54,6 juta barel per hari pada 2025.
Namun, kebijakan luar negeri Trump, khususnya terhadap Iran, dapat memengaruhi stabilitas pasar minyak.
Seperti contohnya, pada 2018, Trump menerapkan sanksi terhadap Iran yang menurunkan ekspor minyak negara tersebut secara signifikan.
Jika sikap tegas terhadap Iran berlanjut, pasokan minyak dari Iran yang mencapai 3,39 juta barel per hari pada Desember 2024 bisa berpotensi hilang dari pasar, meskipun pasokan AS meningkat.
Kondisi ini dapat mengurangi penurunan harga minyak global, menjaga stabilitas, atau bahkan mencegah harga jatuh secara drastis.