WASHINGTON, AS – Presiden AS Donald Trump menggebrak panggung diplomasi Timur Tengah dengan pengumuman bersejarah Israel resmi menyetujui penarikan pasukan awal dari Jalur Gaza. Langkah krusial ini menjadi pintu masuk menuju gencatan senjata permanen, asal kelompok militan Hamas segera mengonfirmasi kesepakatan.
Pengumuman ini muncul di tengah ketegangan berkepanjangan, menjanjikan harapan baru bagi perdamaian di wilayah yang dilanda konflik selama lebih dari setahun.
Dalam unggahan di media sosialnya pada Minggu (5/10/2025), Trump menekankan urgensi kesepakatan tersebut sebagai langkah akhir untuk mengakhiri penderitaan panjang di Gaza.
“Ketika Hamas mengonfirmasi, pertukaran sandera dan tahanan akan dimulai. Kami akan menciptakan kondisi untuk fase penarikan berikutnya,” tulis Trump, yang kini menjabat kembali sebagai presiden setelah kemenangan pemilu November lalu.
Pengamat internasional memandang inisiatif ini sebagai puncak dari upaya mediasi Trump sejak awal masa jabatannya. Trump, yang dikenal dengan pendekatan “deal-maker” ala pengusaha, telah mendorong negosiasi intensif antara Israel dan Hamas melalui saluran belakang. Sebelumnya, ia mengklaim bahwa kedua pihak berada dalam jarak dekat untuk mencapai kesepakatan damai Gaza, dengan target penyelesaian dalam hitungan hari ke depan.
Langkah ini juga menyoroti pergeseran strategi militer Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini beralih dari operasi ofensif ke mode “posisi bertahan”, yang membatasi serangan udara semata-mata untuk perlindungan pasukan darat di lapangan. Jeda operasi tempur ini disebut-sebut sebagai persiapan matang untuk fase pertama rencana Trump, termasuk pembebasan total sandera yang masih ditahan di Gaza—sebuah isu sensitif yang menjadi pemicu utama eskalasi konflik sejak Oktober 2023.
Trump tak segan menekan sekutunya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk merangkul peluang ini. “Saya katakan pada Bibi (Netanyahu), ini adalah kesempatan Anda meraih kemenangan,” kata Trump, menambahkan bahwa Netanyahu “harus setuju dan tidak ada pilihan lain.”
Pernyataan tegas ini mencerminkan keyakinan Trump bahwa kesepakatan bukan hanya soal diplomasi, melainkan kemenangan strategis bagi Israel di mata dunia.
Dampak potensial dari pengumuman ini luas. Bagi warga Gaza, yang telah kehilangan ribuan nyawa dan infrastruktur hancur lebur akibat perang, penarikan pasukan bisa membuka jalan bantuan kemanusiaan darurat. Sementara bagi komunitas internasional, termasuk PBB dan Uni Eropa, inisiatif Trump diharapkan meredam risiko penyebaran konflik ke Lebanon atau perbatasan Israel-Suriah.
Namun, tantangan utama tetap: respons Hamas. Kelompok tersebut, yang menuntut jaminan jangka panjang termasuk akhir blokade Gaza, belum memberikan konfirmasi resmi hingga berita ini diturunkan.
Sebagai bagian dari visi besarnya, Trump membingkai kesepakatan ini sebagai penutup “bencana 3.000 tahun” di Tanah Suci—referensi historis yang menegaskan komitmen AS untuk stabilitas regional. Dengan dukungan dari tim khususnya di Gedung Putih, pengumuman ini juga selaras dengan janji kampanye Trump untuk menyelesaikan “perang abadi” di Timur Tengah melalui pendekatan tegas dan inovatif.





