BOGOR – Taman Safari Indonesia (TSI) akhirnya angkat bicara menanggapi tuduhan serius terkait dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI). Isu ini mencuat setelah sejumlah eks pekerja sirkus mengadukan pengalaman pahit mereka ke Kementerian HAM.
Para mantan pemain sirkus mengungkap kisah kelam yang diduga terjadi selama mereka bekerja di bawah naungan TSI. Namun, pihak TSI dengan tegas membantah keterlibatan mereka dalam kasus ini.
Tudingan Berat dari Eks Pemain Sirkus OCI
Sejumlah mantan pemain OCI, yang sebagian besar adalah perempuan, mengungkapkan pengalaman traumatis selama bekerja di dunia sirkus. Mereka mengaku mengalami kekerasan fisik, eksploitasi, hingga perlakuan tidak manusiawi selama puluhan tahun. Beberapa di antaranya bahkan menyebutkan praktik yang sangat mencengangkan, seperti dipaksa bekerja saat hamil, dirantai, hingga diberi makan kotoran hewan.
Pengaduan ini disampaikan langsung kepada Wakil Menteri HAM, Mugiyanto
Kisah-kisah pilu ini tidak hanya menyita perhatian publik, tetapi juga mendorong Kementerian HAM untuk segera memanggil pihak TSI guna meminta klarifikasi. Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, bahkan meminta Mabes Polri untuk mengusut tuntas kasus ini, menegaskan bahwa pelaku yang terbukti bersalah harus dihukum berat.
“Kejahatan itu tidak boleh dibiarkan. Jangan ada eksploitasi dan kekerasan terhadap para pekerja. Itu jelas melanggar hukum,” ujar Abdullah, Rabu (16/4/2025).
Bantahan Keras dari Taman Safari Indonesia
Menanggapi tuduhan tersebut, TSI melalui salah satu pendirinya, Tony Sumampau, memberikan bantahan keras. Tony menegaskan bahwa tuduhan eksploitasi dan kekerasan yang dialamatkan kepada TSI tidak benar dan tidak ada kaitannya dengan perusahaan mereka.
“Ini tidak ada kaitan dengan Taman Safari kok dibawa-bawa, satu. Kedua, sirkus, nah sirkus dari orang sirkus harus memberi statement juga bahwa dua ini tidak ada,” kata Tony.
Tony juga mengklaim bahwa para mantan pemain OCI yang mengadu tersebut telah dirawat sejak bayi oleh pihaknya. Ia menyebutkan bahwa anak-anak tersebut diambil dari lingkungan prostitusi di Kalijodo, Jakarta, dan dibesarkan dengan penuh perhatian.
“Dari bayi, masih bayi. Membesarkan mereka bukannya gampang, ada suster yang jagain,” ungkapnya.
Ia bahkan menyebut bahwa Komnas HAM pernah menyatakan bahwa langkah TSI menampung anak-anak tersebut sudah tepat saat isu serupa mencuat pada 1997.
TSI juga menegaskan bahwa mereka tidak memiliki hubungan bisnis atau keterlibatan hukum dengan eks pemain OCI.
“Taman Safari Indonesia Group sebagai perusahaan ingin menegaskan bahwa kami tidak memiliki keterkaitan, hubungan bisnis, maupun keterlibatan hukum dengan eks pemain sirkus yang disebutkan,” ujar Finky Santika Nh, Head of Media and Digital TSI.
Kontroversi dan Langkah Hukum ke Depan
Meski TSI membantah keterlibatan, pengakuan para eks pemain OCI terus menjadi sorotan. Salah satu korban, Ida, mengisahkan pengalaman tragisnya jatuh dari ketinggian 13 meter saat tampil, namun tidak segera mendapatkan perawatan medis yang layak. Kisah lainnya datang dari Fifi, yang mengaku kabur dari sirkus karena tak tahan dengan kekerasan, namun kembali ditangkap dan disiksa.
“Saya sempat kabur dari sirkus karena tidak tahan dengan siksaan. Saya kabur lewat hutan, berjalan malam-malam, sampai ke Cisarua,” kenang Fifi dengan suara bergetar.
Kementerian HAM kini berencana memanggil manajemen TSI untuk mendengar keterangan dari kedua belah pihak. Mugiyanto menegaskan bahwa TSI sebagai pelaku bisnis wajib mematuhi prinsip Bisnis dan HAM yang telah menjadi strategi nasional sejak 2022.
“Kami akan mengundang pihak Taman Safari Indonesia, terkait laporan para korban ini, dan juga terkait rekomendasi yang dikeluarkan Komnas HAM,” kata Mugiyanto.
Sementara itu, pengacara para korban, Muhammad Soleh, mengungkapkan bahwa kasus serupa pernah dilaporkan ke Mabes Polri pada 1997, namun dihentikan tanpa tindak lanjut. Ia menyebut masih banyak korban lain yang belum teridentifikasi, kemungkinan masih berada di lingkungan sirkus.
Publik Menanti Kebenaran
Kasus ini telah memicu perdebatan sengit di media sosial dan kalangan masyarakat. Banyak yang mendesak agar kebenaran segera terungkap, baik untuk memberikan keadilan bagi para korban maupun untuk menjaga reputasi TSI sebagai salah satu destinasi wisata ternama di Indonesia.
Dengan sorotan dari DPR, Kementerian HAM, hingga publik, tekanan kini ada pada pihak berwenang untuk mengusut kasus ini hingga tuntas.
Apakah TSI benar-benar tidak terlibat, atau ada fakta lain yang belum terkuak? Publik menanti jawaban pasti dari investigasi yang sedang berlangsung. Yang jelas, kisah pilu para eks pemain OCI telah membuka tabir sisi gelap dunia sirkus yang selama ini tersembunyi di balik gemerlap panggung.