JAKARTA – Langkah cepat dan terkoordinasi dilakukan Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada RI) sebagai bentuk tanggapan atas peringatan dini tsunami yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyusul gempa besar berkekuatan 8,6 Skala Richter yang mengguncang kawasan Samudera Pasifik, Rabu pagi (30/7/2025).
Gempa tersebut terjadi pukul 06.24 WIB di titik koordinat 52°54” LU dan 160°07” BT atau sekitar 164 kilometer tenggara Kamchatka, Rusia, dengan kedalaman 43 kilometer.
Dalam hitungan jam, jajaran TNI Angkatan Laut di wilayah timur Indonesia—mulai dari Sulawesi Utara, Maluku Utara, hingga Papua bagian utara—langsung menetapkan status siaga penuh.
Koarmada RI memastikan seluruh unsur di lapangan terlibat aktif dalam skenario mitigasi dan tanggap bencana, mengantisipasi potensi ancaman gelombang tsunami yang berpeluang menjangkau kawasan pesisir timur Nusantara.

Pangkalan-pangkalan TNI AL di wilayah rawan seperti Gorontalo, Halmahera, dan Papua Utara segera mendirikan posko darurat, mengerahkan alutsista laut, perahu karet, ambulans, dan mengevakuasi warga ke tempat aman.
Di Gorontalo, sebanyak 80 warga dari Kelurahan Leato Selatan dievakuasi ke Gedung Lanal setempat.
Kolaborasi intensif dilakukan antara personel TNI AL, BPBD, Basarnas, BMKG, serta unsur Forkopimda, guna menyosialisasikan informasi valid, meredam kepanikan, dan membangun komunikasi dengan masyarakat nelayan secara langsung.
Papua Utara juga menjadi fokus utama pengamanan. Lantamal X Jayapura dan Lantamal XIV Sorong bersinergi dengan Guskamla Koarmada III untuk menyiagakan pasukan dan alat utama sistem senjata di titik-titik kritis seperti Biak Numfor, Supiori, Sarmi, dan Skouw.
Sejumlah unsur KRI termasuk KRI Teluk Wondama, KRI Balongan-908, dan KRI Matabongsang-873 yang tengah beroperasi di perairan tenggara Manokwari juga berada dalam kondisi waspada namun stabil—tanpa indikasi gejala gelombang laut ekstrem.

Hingga pukul 22.00 WIT, tidak ada tanda-tanda anomali laut di wilayah operasi Koarmada II dan Koarmada III. Kawasan strategis seperti Morotai, Raja Ampat, Halmahera Utara, dan Manokwari dipastikan dalam kondisi aman. Namun, status siaga tetap diberlakukan guna mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi.
BMKG menyampaikan pembaruan status pada pukul 19.00 WITA, yang menyatakan bahwa kondisi pesisir Indonesia berada dalam batas aman, tanpa gelombang tsunami signifikan yang terdeteksi. Meski demikian, Koarmada RI tetap dalam mode siaga penuh hingga situasi benar-benar dinyatakan kondusif.
“Langkah cepat dan terukur ini merupakan wujud komitmen TNI Angkatan Laut sebagaimana arahan Kasal Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali dalam menjamin keselamatan masyarakat maritim dan mendukung upaya nasional dalam mitigasi dan siaga penanggulangan bencana,” tegas Panglima Koarmada RI, Laksamana Madya TNI Dr. Denih Hendrata, S.E., M.M.
Kesiapsiagaan Koarmada RI ini mencerminkan sinergi pertahanan laut yang responsif terhadap ancaman geologis lintas batas dan mendukung komitmen pemerintah dalam memperkuat sistem peringatan dini berbasis wilayah maritim.***