RYADH, SAUDI ARABIA – Pemerintah Arab Saudi menegaskan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa pembentukan negara Palestina, merespons pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang mengatakan Saudi tidak mengajukan syarat tersebut.
Pada Selasa (4/2), Trump dalam konferensi pers yang digelar bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Washington DC, mengungkapkan rencana untuk mengambil alih Jalur Gaza yang tengah dilanda perang.
Trump juga menyebutkan bahwa warga Palestina yang tinggal di Gaza akan dipindahkan ke lokasi lain, sementara daerah tersebut akan dikembangkan secara ekonomi.
Namun, pernyataan Trump tidak diterima begitu saja oleh Riyadh. Menanggapi hal ini, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, seperti dilansir Reuters pada Rabu (5/2), mengungkapkan bahwa Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), telah menegaskan secara eksplisit bahwa posisi Riyadh tidak akan berubah, tidak ada interpretasi yang bisa diterima dalam hal ini.
“Saudi menegaskan kembali bahwa pembentukan negara Palestina adalah prasyarat utama dalam setiap pembicaraan normalisasi hubungan dengan Israel,” ungkap Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan resminya.
Selain itu, Saudi menegaskan penolakan terhadap segala bentuk usaha yang bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Riyadh menegaskan bahwa posisi Saudi terhadap Palestina adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan dan akan tetap menjadi landasan utama kebijakan luar negeri Kerajaan.
Dalam konferensi pers yang sama, Trump juga mengklaim bahwa dirinya telah berdiskusi dengan sejumlah pemimpin Timur Tengah mengenai rencana merelokasi warga Gaza, dan mengungkapkan bahwa mereka mendukung gagasan tersebut.
“Para pemimpin lainnya menyukai gagasan tersebut,” kata Trump.
Namun, sehari sebelumnya, lima negara Arab—termasuk Menteri Luar Negeri Yordania, Mesir, Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab—beserta penasihat kepresidenan Palestina, Hussein al-Sheikh, mengirimkan surat terbuka kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang mengecam rencana untuk mengusir warga Palestina dari Gaza. Surat tersebut menyatakan penolakan tegas terhadap langkah tersebut.
Sementara itu, dalam konferensi pers bersama Trump, Netanyahu meyakini bahwa normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi akan terwujud.
“Saya pikir perdamaian antara Israel dan Arab Saudi tidak hanya mungkin dilakukan, saya pikir hal itu akan terjadi,” ujar Netanyahu.
Upaya diplomasi AS untuk membujuk Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Namun, perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 mengubah dinamika tersebut, dengan kemarahan dunia Arab atas serangan-serangan Israel terhadap Gaza yang menyebabkan Riyadh menunda isu normalisasi.
Posisi Saudi yang teguh dalam mendukung Palestina menjadi penghalang utama dalam proses normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel.
Ketegasan ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya intensif dari AS, Riyadh tidak akan menyimpang dari kebijakan luar negeri mereka terkait masalah Palestina.