CIREBON – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menggelar bedah buku Tercerahkan dalam Kedamaian, Senin (16/5), sebagai upaya menangkal radikalisme lewat literasi.
Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol Sigit Widodo, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi sarana strategis untuk mempererat sinergi antara BNPT dengan kalangan akademik, terutama dalam menguatkan program kontra-radikalisasi. Ia menyampaikan bahwa banyak kasus terorisme bermula dari proses radikalisasi yang melibatkan bahan bacaan bermuatan ekstrem.
“Fakta empiris, dari proses penegakan hukum tindak pidana terorisme selalu tidak lepas dan diawali dengan proses radikalisasi. Buku-buku radikal ini ditemukan dalam jumlah besar di lokasi penangkapan. Ini menunjukkan betapa kuatnya peran literatur dalam membentuk ideologi kekerasan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Brigjen Sigit menjelaskan bahwa BNPT bersama sejumlah kalangan termasuk akademisi, birokrat, peneliti, serta mantan narapidana teroris telah melakukan telaah mendalam terhadap 15 buku yang selama ini berpengaruh di lingkungan kelompok radikal.
Dari hasil kajian tersebut, lahirlah dua buku reflektif: Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan dan Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia.
“Jika buku bisa digunakan untuk menyebar kebencian dan kekerasan, maka buku pula yang harus digunakan untuk menyebarkan kedamaian dan pencerahan,” ujarnya.
Ia juga mengajak civitas akademika UINSSC, baik mahasiswa maupun dosen, untuk turut ambil bagian dalam membendung penyebaran ideologi kekerasan di tanah air.
“Mari kita bangun kolaborasi yang tercerahkan dalam keikhlasan. Kita ingin Indonesia maju, damai, dan terbebas dari ideologi kekerasan,” katanya.
Rektor UINSSC, Aan Jaelani menyampaikan apresiasinya atas inisiatif BNPT yang menggandeng kampus dalam mengedukasi publik melalui kajian literasi anti-radikalisme. Menurutnya, kegiatan ini selaras dengan peran utama perguruan tinggi dalam pengajaran, riset, dan pengabdian masyarakat.
“Kami sangat menyambut gembira kegiatan ini dan tentunya punya irisan dari peran utama kami yaitu dengan melakukan pendidikan dan pembelajaran disamping penelitian dan juga pengabdian kepada masyarakat. Tugas akademisi salah satunya publikasi ilmiah dan jalur yang paling cepat untuk mendoktrin orang itu melalui buku. Dan disinilah pentingnya kita mengkaji buku,” katanya.
Ia juga mendorong para mahasiswa agar mampu menggali dan memahami nilai-nilai budaya lokal Cirebon, yang sarat dengan semangat spiritualitas dan keberagaman.
“Nilai – nilai spritual dan multikulturalisme sangat erat dengan Cirebon. Nilai-nilai tersebut dapat dikaji kemudian ditarik ke masa kini untuk memitigasi radikal terorisme,” tutupnya