NTT – Warga Tanah Merah Kupang Merah digegerkan dengan penemuan seekor dugong mati terdampar di Pantai Tanah Merah, Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mamalia yang memiliki panjang sekitar dua meter dan diperkirakan berbobot antara 300 hingga 500 kilogram ini ditemukan oleh warga setempat.
Bangkai dugong tersebut terdampar di area hutan mangrove yang hanya bisa dijangkau dengan perahu motor. Kondisinya yang sudah membusuk pada bagian perut dan kepala menghasilkan bau tak sedap yang cukup mencolok di sekitar lokasi.
Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT segera mengambil langkah cepat. Dengan bantuan warga setempat, petugas menarik bangkai dugong menggunakan tali menuju lokasi penguburan yang berjarak sekitar 20 meter dari tempat terdampar.
Menurut Kepala Bidang Teknis Konservasi Sumber Daya Alam BBKSDA NTT, Dadang Suryana, dugong tersebut ditemukan dalam kondisi mati lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, nekropsi atau pemeriksaan jenazah untuk mengetahui penyebab kematian tidak dapat dilakukan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan tim BPSPL, BKKPN, dan Fakultas Kedokteran Hewan Undana untuk mengambil sampel, tetapi kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk melakukan nekropsi,” ujar Dadang di lokasi.
Dugong, mamalia laut yang dilindungi, memang sering ditemukan di Teluk Kupang, terutama di sekitar Pulau Semau dan Pantai Tanah Merah. Namun, populasi dugong semakin menurun dan pertumbuhannya semakin langka. Sebelumnya, pada tahun 2024, sebuah dugong juga ditemukan terdampar dalam kondisi mati di Pantai Sulamu, Kabupaten Kupang. Saat itu, jenazah dugong sudah terlalu membusuk untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Habitat dugong memang ada di sekitar Teluk Kupang, namun populasinya terus terancam punah,” tambah Dadang.
Penemuan dugong ini cukup mengejutkan masyarakat setempat, terutama bagi Jhoni Messakh, Ketua Kelompok Konservasi Mangrove Dalek Esa. Menurutnya, ini adalah kali pertama dugong terdampar di Pantai Tanah Merah, yang membuat warga sekitar merasa terkejut dan heboh.
“Biasanya yang sering terlihat adalah penyu, terutama saat musim bertelur,” ungkap Jhoni.
Keberadaan dugong yang terancam punah ini menambah kesadaran pentingnya pelestarian ekosistem laut, yang saat ini semakin membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak untuk melindungi habitat-habitat alami mereka.