FLORES TIMUR – Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur kembali meletus pada Senin dini hari, 21 April 2025, pukul 02.45 WITA.
Letusan yang tidak menunjukkan tinggi kolom erupsi secara visual ini tercatat jelas oleh instrumen pemantau dengan amplitudo maksimum mencapai 14,8 mm dan berlangsung selama 151 detik.
Menurut laporan resmi dari Petugas Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef S. Mboro, “Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 14.8 mm dan durasi 151 detik.”
Aktivitas gunung ini sudah beberapa kali mengalami letusan, termasuk dua kali pada Minggu malam, yang membuat statusnya tetap berada pada Level III atau Siaga.
Demi keselamatan, otoritas menginstruksikan warga dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari kawah aktif.
Wilayah ini kini dinyatakan sebagai zona merah karena berpotensi terdampak langsung oleh awan panas dan lontaran material vulkanik.
Ancaman Banjir Lahar Hujan dan Abu Vulkanik
Selain ancaman langsung dari erupsi, masyarakat juga diingatkan terhadap bahaya sekunder berupa banjir lahar hujan, terutama di wilayah yang dialiri sungai berhulu dari Gunung Lewotobi Laki-laki.
Kawasan yang harus lebih waspada termasuk Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.
Warga yang berada di wilayah terdampak hujan abu juga disarankan mengenakan masker atau pelindung wajah untuk menghindari gangguan pernapasan akibat partikel vulkanik.
“Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” kata Herman Yosef menegaskan.
Pemerintah Daerah terus menjalin koordinasi aktif dengan Pos Pengamatan Gunung Api yang berlokasi di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, serta dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT bersama Satuan Pelaksana PB setempat juga terlibat dalam distribusi informasi dan evakuasi bila diperlukan.
Masyarakat diharapkan tetap waspada, mengikuti perkembangan terbaru, dan merujuk pada sumber informasi resmi dari PVMBG, BMKG, dan pemerintah daerah setempat.***