WASHINGTON, AS – Ketegangan antara mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin mencuat. Hubungan yang dulu erat kini diwarnai ketidakpuasan, bahkan kemarahan, dari Trump terhadap Netanyahu.
Latar Belakang Konflik
Menurut laporan eksklusif dari Axios, Trump mulai “muak” dengan sikap Netanyahu, terutama terkait keputusan politik yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan AS. Sumber terpercaya menyebutkan bahwa Trump merasa kecewa dengan cara Netanyahu menangani negosiasi damai di Timur Tengah, khususnya soal konflik Israel-Palestina.
“Trump merasa dikhianati, seolah usahanya selama ini tidak dihargai,” ungkap seorang sumber anonim yang dekat dengan lingkaran Trump.
Hubungan Trump-Netanyahu pernah menjadi simbol kerja sama kuat antara AS dan Israel. Selama masa kepresidenan Trump, AS mengambil langkah berani seperti memindahkan kedutaan ke Yerusalem dan memfasilitasi Perjanjian Abraham. Namun, kini hubungan itu mulai goyah. Trump dikabarkan kesal karena Netanyahu dianggap tidak mendukung inisiatif tertentu yang diusungnya pasca-lengser dari Gedung Putih.
Selain itu, beberapa analis politik menilai bahwa Trump merasa Netanyahu terlalu fokus pada agenda domestik Israel, seperti mempertahankan kekuasaan di tengah tekanan politik internal.
“Netanyahu sibuk dengan masalahnya sendiri, sementara Trump ingin Israel tetap jadi mitra strategis yang solid,” kata Dr. Michael Cohen, pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown.
Dampak Keretakan
Keretakan ini berpotensi mengguncang aliansi AS-Israel, yang selama ini menjadi pilar stabilitas di Timur Tengah. Jika Trump kembali berkuasa pada 2028, dinamika ini bisa memengaruhi kebijakan luar negeri AS, termasuk dukungan militer dan diplomatik untuk Israel. “Ini bukan sekadar konflik pribadi. Ada implikasi besar untuk geopolitik,” ujar Cohen.
Di sisi lain, beberapa pihak di Israel khawatir bahwa ketegangan ini dapat melemahkan posisi Netanyahu di dalam negeri. Dengan popularitasnya yang kian merosot, Netanyahu mungkin akan kesulitan menjaga dukungan dari kelompok pro-Trump di AS.
Respons dan Spekulasi
Hingga kini, baik Trump maupun Netanyahu belum memberikan pernyataan resmi terkait isu ini. Namun, seorang juru bicara Trump mengatakan, “Presiden Trump selalu mendukung Israel, tapi dia juga menginginkan mitra yang berkomitmen penuh.” Pernyataan ini seolah mengisyaratkan bahwa Trump mengharapkan sikap yang lebih kooperatif dari Netanyahu.
Di media sosial, warganet ramai memperbincangkan isu ini. Sebagian menduga bahwa Trump sengaja memanaskan situasi untuk menarik perhatian menjelang pemilu AS berikutnya. Yang lain melihat ini sebagai tanda bahwa Netanyahu mulai kehilangan pengaruh di panggung internasional.
Ketegangan ini menambah ketidakpastian di kancah politik global. Dengan konflik di Timur Tengah yang belum mereda, hubungan AS-Israel menjadi sorotan.