TEHERAN, IRAN – Iran menggelar upacara pemakaman kenegaraan terbesar dalam beberapa dekade di jantaran ibu kota, Teheran, untuk mengenang 60 korban jiwa akibat konflik berdarah dengan Israel.
Prosesi akbar ini mengarak jenazah para perwira militer, ilmuwan nuklir, hingga warga sipil, termasuk anak-anak, di jalanan utama kota, menarik perhatian ribuan warga yang berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.
Upacara yang berlangsung pada Sabtu (28/6/2025) ini dimulai dengan peringatan resmi di Lapangan Enghelab pukul 08.00 waktu setempat, dilanjutkan dengan iring-iringan peti jenazah menuju Lapangan Azadi, sejauh 11 kilometer. Prosesi ini menjadi simbol duka mendalam sekaligus solidaritas nasional Iran, yang disebut-sebut sebagai pemakaman terbesar sejak perang Iran-Irak pada 1980-an.
Penghormatan untuk Para Pahlawan
Ribuan warga berjejer di sepanjang jalan, menyentuh peti jenazah sebagai tanda penghormatan dan doa. Foto-foto para korban, mulai dari komandan militer senior, ilmuwan nuklir, hingga perempuan dan anak-anak, menghiasi peti mati yang diangkut menggunakan truk. Salah satu tokoh penting yang dimakamkan adalah Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, figur nomor dua dalam hierarki militer Iran di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Komandan Garda Revolusi Hossein Salami, yang gugur pada hari pertama perang, juga mendapat penghormatan khusus dalam upacara ini.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian turut hadir, menegaskan komitmen negara untuk menghormati “para martir” yang gugur dalam konflik 12 hari melawan Israel, yang berlangsung dari 13 hingga 24 Juni 2025. “Hingga pagi ini, serangan Israel telah merenggut nyawa lebih dari 400 warga Iran yang tak berdaya dan menyebabkan 3.056 lainnya terluka oleh rudal dan pesawat tak berawak,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Hossein Kermanpour, dalam cuitannya di X pada 21 Juni 2025.
Dampak Konflik dan Gencatan Senjata
Konflik yang berlangsung selama 12 hari ini meninggalkan luka mendalam bagi Iran. Data resmi Kementerian Kesehatan Iran menyebutkan sedikitnya 627 warga tewas, termasuk 56 personel militer dan empat anak-anak, dengan 4.870 lainnya luka-luka. Sementara itu, serangan balasan Iran ke Israel menewaskan 28 orang, menurut otoritas Israel.
Gencatan senjata yang dimediasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 24 Juni 2025 menjadi titik akhir konflik ini. Namun, prosesi pemakaman ini mencerminkan keteguhan Iran dalam menghadapi agresi, sekaligus menjadi momen refleksi atas kerugian besar yang dialami.
Suara Rakyat dan Simbol Perlawanan
Di tengah duka, warga Iran menunjukkan semangat persatuan. Banyak yang memandang gencatan senjata sebagai kemenangan sementara, meski sebagian lainnya khawatir Israel masih mengincar perubahan rezim di Tehran. “Setiap warga negara Amerika atau personel militer di kawasan itu sekarang menjadi sasaran,” ujar seorang komentator di media pemerintah Iran, mencerminkan ketegangan yang masih membayangi.
Upacara ini juga menyoroti peran ilmuwan nuklir Iran yang menjadi korban, di tengah tuduhan bahwa fasilitas nuklir di Fordow menjadi target serangan udara AS dalam operasi rahasia bertajuk “Midnight Hammer”. Seorang pilot Angkatan Udara AS menggambarkan ledakan bom 14.000 kg di Fordow sebagai “ledakan paling terang yang pernah saya lihat – tampak seperti siang hari”.
Evakuasi WNI dari Iran
Di sela-sela konflik, Pemerintah Indonesia berhasil mengevakuasi warga negaranya dari Iran. Hingga 28 Juni 2025, Kementerian Luar Negeri RI mencatat 73 orang, terdiri dari 72 WNI dan satu warga negara Iran, telah tiba di Tanah Air melalui Bandara Soekarno-Hatta. Proses evakuasi dilakukan bertahap, termasuk melalui penerbangan Turkish Airlines dan rute via Doha, Qatar.
Upacara pemakaman ini tidak hanya menjadi peristiwa duka, tetapi juga simbol keteguhan Iran di tengah gempuran. Dengan ribuan warga yang turut hadir, prosesi ini menggambarkan semangat bangsa yang bersatu untuk menghormati para pahlawan mereka, sembari menatap masa depan yang penuh tantangan.