TEHERAN, IRAN – Iran menunjukkan ketegasan menghadapi ancaman serangan dari Israel terhadap fasilitas nuklirnya, meskipun laporan intelijen AS menyebutkan bahwa Israel berencana untuk menyerang fasilitas nuklir Iran pada pertengahan tahun 2025. Sebagai respons terhadap potensi serangan ini, Iran siap membangun kembali fasilitas nuklir yang dihancurkan.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menegaskan bahwa pemerintah Iran tidak akan terintimidasi. “Mereka mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Natanz. Datang dan seranglah! Anak-anak kita yang akan membangunnya lagi,” ujarnya dengan tegas.
“Jika Anda menghancurkan seratus fasilitas nuklir, anak-anak kita akan membangun seribu.”
Laporan dari sejumlah media AS, termasuk The Washington Post, mengungkapkan bahwa Israel tengah mempertimbangkan dua opsi serangan yang kemungkinan akan diluncurkan dalam enam bulan pertama tahun 2025, dengan fokus pada fasilitas nuklir Fordow dan Natanz. Serangan ini diperkirakan melibatkan dukungan militer AS, terutama dalam hal pengisian bahan bakar udara dan intelijen.
Pemerintahan Presiden AS saat itu, yang dipimpin oleh Donald Trump, menegaskan akan terus menekan Iran, dengan klaim bahwa negara itu berusaha mengembangkan senjata nuklir. Namun, Trump juga menyampaikan harapan untuk tercapainya kesepakatan baru terkait program nuklir Iran, mengutamakan jalur diplomasi ketimbang serangan militer.
“Saya ingin kesepakatan dengan Iran tentang hal non-nuklir. Saya lebih memilih itu daripada serangan militer besar-besaran,” ungkap Trump dalam wawancara dengan The New York Post.
Menurutnya, kesepakatan baru bisa menjadi solusi untuk mencegah serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang juga akan mengurangi ketegangan dengan Israel.
Sementara itu, ketegangan antara Iran dan Israel semakin memanas, dengan kedua negara saling terlibat serangan pada tahun 2024. Konflik ini dipicu oleh berbagai insiden di Timur Tengah, termasuk serangan terhadap Gaza dan Lebanon. Iran sendiri memulai serangan pertama pada 14 April 2024, sebagai balasan atas pengeboman kantor misi diplomatiknya di Damaskus, Suriah. Iran kembali menyerang Israel pada 1 Oktober 2024, sebagai respons terhadap pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Sebagai balasan, Israel menyerang beberapa fasilitas militer Iran pada 26 Oktober, yang menyebabkan empat prajurit Iran tewas.
Ketegangan ini menunjukkan betapa rumitnya hubungan antara kedua negara dan menciptakan potensi dampak besar bagi keamanan global di masa depan, terutama dengan berlanjutnya ancaman serangan dan upaya diplomasi yang coba dijalankan.