CIREBON – Aktivitas pertambangan batu kapur di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon resmi dihentikan.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat mencabut izin operasional tambang menyusul tragedi longsor mematikan yang terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025.
Delapan orang dinyatakan meninggal dunia, dan diperkirakan ada delapan hingga sepuluh korban lain yang masih tertimbun material longsor.
Kepala Dinas ESDM Jabar, Bambang Tirto Yuliono, menegaskan bahwa keputusan pencabutan izin ini diambil setelah peringatan berulang kali diabaikan oleh pihak perusahaan tambang.
Investigasi menunjukkan bahwa metode penambangan yang diterapkan selama ini tidak sesuai kaidah keselamatan, yakni menggali dari bawah bukit, padahal seharusnya dilakukan dari atas dengan sistem terasering.
“Jenis batuan seperti ini, penambangan harusnya dilakukan dari atas dengan metode terasering. Bukan dari bawah. Dengan kejadian ini, perizinan dicabut,” tandas Bambang saat diwawancarai di lokasi kejadian.
Kesalahan Fatal Diabaikan Bertahun-tahun
Menurut Bambang, pihaknya sudah sejak lama memperingatkan pihak perusahaan terkait metode tambang yang keliru. Pasalnya sudah terjadi longsor berulang-ulang.
Bahkan, inspektur tambang juga telah mengeluarkan teguran resmi dan Kapolresta Cirebon sempat memasang garis polisi sebelum tragedi terjadi.
Namun, perusahaan tetap nekat melanjutkan kegiatan tanpa mengindahkan keselamatan.
“Ibu Kapolres sudah melakukan police line sebelum kejadian. Tapi kan bandel begitu ya,” ujarnya.
Bambang mengungkapkan, penutupan tambang dilakukan bertahap.
“Sore hari ini ditutup sementara, nanti malam mungkin akan ditutup permanen,” tegasnya, menandai berakhirnya aktivitas pertambangan ilegal dan tidak patuh di wilayah tersebut.
Evakuasi dan Korban Masih Berlangsung
Hingga Jumat sore pukul 15.42 WIB, tim evakuasi gabungan dari Pemkab Cirebon, BPBD, PMI, hingga aparat kepolisian masih berupaya keras mengevakuasi para korban.
Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, menyebutkan jumlah pasti korban masih dalam pendataan.
Posko informasi telah dibuka di sekitar lokasi tambang untuk warga yang merasa kehilangan anggota keluarga.
“Pemerintah daerah, provinsi, Dinas ESDM, PMI, semua masih bekerja melakukan evakuasi terhadap para korban,” kata Sumarni.
Menurut keterangan resmi Kombes Pol Sumarni Jumat sore, sudah ada delapan korban meninggal yang sudah teridentifikasi. Serta 12 korban luka-luka.***