JAKARTA – Jet tempur J-10C buatan China sukses mencatatkan kemenangan telak dengan menumbangkan tiga pesawat tempur Rafale milik India dalam baku tembak di wilayah sengketa Kashmir.
Keberhasilan yang dicapai Angkatan Udara Pakistan ini langsung mengguncang pasar keuangan, mendorong saham produsen Chengdu ALD Aviation Manufacturing melonjak 18,31% dalam dua hari perdagangan.
Berdasarkan laporan, saham Chengdu Aviation di Bursa Saham Shenzhen (SHE) melonjak tajam sebesar 9,76% pada perdagangan Kamis (8/5/2025). Kenaikan ini melanjutkan tren positif sehari sebelumnya, di mana saham perusahaan tersebut telah meroket 18,31%.
“Maka adanya rekam jejak pertempuran itu, membuat potensi ekspor mereka bertambah,” ujar Eric Zhu, Analis Pertahanan Bloomberg Intelligence, menyoroti dampak signifikan keberhasilan J-10 di medan tempur.
Pertempuran Udara yang Mengubah Persepsi
Konfrontasi udara ini terjadi di tengah ketegangan militer antara India dan Pakistan, yang dipicu serangan India bertajuk Operasi Sindoor pada Rabu (7/5/2025). Pakistan mengklaim berhasil menembak jatuh lima jet tempur India, termasuk tiga Rafale, satu MiG-29, dan satu Su-30MK.
Keberhasilan jet J-10C, yang dipersenjatai rudal udara-ke-udara PL-15E, menjadi sorotan utama karena mampu menumbangkan Rafale, jet tempur generasi 4.5 buatan Dassault Aviation yang selama ini dianggap unggul.
Keunggulan J-10C tidak hanya mengejutkan analis militer, tetapi juga memicu perbincangan di kalangan investor. Harga J-10 yang lebih terjangkau, sekitar $70 juta per unit, dibandingkan Rafale yang mencapai $285 juta, menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara yang mencari alutsista berkualitas dengan biaya efisien.
Dampak di Pasar Saham: Chengdu Naik, Dassault Tertekan
Keberhasilan J-10 di medan tempur langsung berdampak pada pasar saham. Sementara saham Chengdu Aviation melesat, saham Dassault Aviation SA, produsen Rafale, justru mengalami tekanan. Harga saham Dassault sempat anjlok lebih dari 4% sejak Selasa (6/5/2025), meskipun berhasil rebound dengan penguatan 1,75% pada Kamis (8/5/2025).
Performa J-10 yang gemilang ini juga mencuri perhatian dunia, terutama karena jet buatan China ini belum pernah diuji dalam pertempuran skala besar sebelumnya. Keberhasilan Pakistan menggunakan J-10C untuk menembak jatuh Rafale menunjukkan bahwa teknologi aviasi China kini mampu bersaing dengan produk-produk Barat yang lebih mahal.
Peluang Ekspor dan Implikasi Global
Kemenangan J-10 atas Rafale bukan hanya soal prestise militer, tetapi juga membuka peluang ekspor yang lebih luas bagi industri pertahanan China. Pakistan, yang dalam beberapa tahun terakhir terus memperkuat armada tempurnya dengan jet buatan China, menjadi contoh nyata kepercayaan terhadap teknologi Chengdu Aviation.
Negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah kemungkinan akan melirik J-10 sebagai alternatif hemat biaya dibandingkan jet tempur Barat.
Di sisi lain, kekalahan Rafale dalam duel udara ini memicu pertanyaan tentang efektivitas jet tempur generasi 4.5 yang menjadi andalan Angkatan Udara India. Meski dilengkapi rudal Meteor dan radar AESA, Rafale ternyata rentan di hadapan strategi dan teknologi J-10C yang lebih lincah dan hemat biaya.