SURAKARTA – Kota Solo, Jawa Tengah, tidak hanya dikenal dengan keindahan budayanya, tetapi juga dengan dua ikon yang sering kali disamakan, yaitu Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran. Meski keduanya terletak di kota yang sama, banyak yang belum memahami perbedaan mendalam di antara keduanya.
Pura Mangkunegaran, selain menjadi simbol kebudayaan, juga sering dijadikan tempat untuk konser atau pameran. Namun, banyak masyarakat yang belum memahami dengan jelas fungsi dan peran masing-masing, terutama dalam konteks sejarah.
Menurut situs resmi Pura Mangkunegaran, pendirinya adalah Raden Mas Said, yang dikenal dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Abdipati Arya Mangkunegaran I. Mangkunegaran sendiri adalah sebuah kadipaten yang berada di bawah naungan Kasunanan dan Kasultanan. Pada periode 1757 hingga 1946, kadipaten ini berstatus sebagai kerajaan otonom dengan wilayah yang sangat luas dan hak militer yang terpisah dari Kasunanan.
Salah satu perbedaan utama antara Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran terletak pada wilayahnya. Berdasarkan Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757, Mangkunegaran I memerintah wilayah-wilayah seperti Kedaung, Matesih, dan Pajang, hingga wilayah Kedu. Mangkunegaran menjadi kerajaan otonom selama berabad-abad hingga akhirnya pada 1946, setelah revolusi sosial yang mengguncang Solo, Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya dan memilih bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun demikian, Pura Mangkunegaran tetap berkomitmen menjaga kelestarian budaya.
Perbedaan lainnya adalah waktu berdirinya kedua institusi ini. Keraton Solo, atau Kasunanan Surakarta Hadiningrat, didirikan lebih dulu pada 1745, setelah pusat pemerintahan Mataram dipindahkan dari Kartasura ke Desa Sala. Sementara itu, pada 13 Februari 1755, melalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dalam perjanjian itu, Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono III, sementara Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I.
Dengan sejarah panjang dan peran penting dalam kebudayaan, Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran memiliki kedudukan yang tak tergantikan dalam perjalanan sejarah Solo dan budaya Jawa.