JAKARTA – Lempar jumrah adalah salah satu ritual yang tidak terpisahkan dari ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam setiap tahunnya di Mina, Arab Saudi, pada tanggal 10 hingga 13 Zulhijjah. Walaupun tampaknya hanya berupa tindakan melemparkan batu ke tiga tiang jamarat, ritual ini sesungguhnya mengandung makna spiritual dan sejarah yang mendalam.
Asal Usul Lempar Jumrah
Ritual lempar jumrah berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS yang tercatat dalam sejarah Islam. Menurut kisah tersebut, Allah SWT menguji ketaatan Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Perintah tersebut merupakan ujian yang sangat berat, namun Nabi Ibrahim bersedia menjalankannya dengan sepenuh hati.
Saat perjalanan menuju tempat penyembelihan di Mina, setan berusaha menggoda Nabi Ibrahim dengan membisikkan keraguan dan memintanya untuk membatalkan perintah Allah. Setan menggoda Nabi Ibrahim sebanyak tiga kali di tiga tempat yang berbeda. Pada setiap godaan, Nabi Ibrahim melempari setan dengan tujuh batu kerikil.
Tempat-tempat ini kini dikenal dengan nama Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah, yang menjadi simbol perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam menanggapi godaan setan. Siti Hajar dan Nabi Ismail juga menghadapi godaan yang serupa dan menolak godaan tersebut dengan melempari setan dengan batu.
Sebagai puncak dari ujian ini, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba untuk disembelih sebagai kurban, sebagai bentuk rahmat Allah atas ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ritual lempar jumrah pun menjadi simbol kemenangan iman atas godaan setan dan pengendalian hawa nafsu.
Makna Spiritual Lempar Jumrah
Lempar jumrah bukan sekadar tindakan fisik, melainkan simbolisasi dari pengusiran sifat-sifat buruk dalam diri manusia. Menteri Agama Indonesia, Nasaruddin Umar, dalam penjelasannya pada 10 Juni 2025, menyatakan bahwa lempar jumrah adalah simbol penyucian diri.
“Lempar jumrah adalah proses pengusiran setan, termasuk setan dalam diri kita sendiri, yaitu nafsu. Ini adalah momen untuk introspeksi diri dan membuang sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita,” ujar Nasaruddin Umar. Dalam pandangan ini, ritual lempar jumrah mengajak umat Islam untuk melepaskan sifat-sifat buruk seperti keserakahan, amarah, kebohongan, dan fitnah, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Menag juga mengimbau agar jamaah haji Indonesia memperbanyak ibadah, doa, dan rasa syukur selama berada di tanah suci, dengan harapan mereka bisa kembali ke tanah air dengan jiwa yang lebih suci, seperti fitrah manusia yang sejati.
Pelaksanaan Ritual Lempar Jumrah
Pelaksanaan ritual lempar jumrah dilakukan dengan melemparkan tujuh kerikil ke tiga tiang jamarat secara berurutan. Dimulai dari Jumrah Ula, diikuti Jumrah Wustha, dan akhirnya Jumrah Aqabah. Proses ini dilakukan dengan penuh khusyuk, mengenakan pakaian ihram yang menyamakan status sosial jemaah. Pakaian ihram yang sederhana mengingatkan setiap jemaah untuk merendahkan diri di hadapan Allah, tanpa membedakan status sosial.
Ritual ini tidak hanya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga mempererat solidaritas umat Islam dari berbagai penjuru dunia yang berkumpul di Mina untuk melakukan ibadah ini bersama-sama.
Mengapa Lempar Jumrah Penting?
Lempar jumrah mengajarkan umat Islam untuk melawan godaan setan dan hawa nafsu, serta memperkuat ketakwaan kepada Allah. Ritual ini juga mengingatkan kembali akan pengorbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail yang patuh menjalankan perintah Allah meskipun menghadapi ujian yang sangat berat.
Melalui ritual ini, jemaah haji diharapkan dapat kembali ke fitrah mereka, meninggalkan sifat buruk dan mengembalikan jiwa mereka ke keadaan yang lebih suci. Sebagaimana pesan Menteri Agama Nasaruddin Umar, lempar jumrah adalah momen untuk menyucikan jiwa dan hati, meninggalkan segala bentuk nafsu duniawi, dan kembali kepada kehidupan yang lebih baik.
Lempar jumrah adalah salah satu ritual yang sangat kaya akan makna sejarah dan spiritual dalam ibadah haji. Berasal dari kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya, ritual ini mengajarkan tentang pentingnya ketaatan, pengendalian diri, serta penolakan terhadap godaan duniawi dan setan. Selain sebagai bentuk penyucian diri, ritual ini mengingatkan umat Islam untuk selalu memperbaiki diri dan kembali ke fitrah.
Dengan memahami asal-usul dan makna ritual lempar jumrah, diharapkan jemaah haji dapat menjalankannya dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan, serta membawa pulang jiwa yang lebih bersih dan suci.