Jakarta, 9 April 2025 – Ketegangan di dalam kubu Donald Trump kembali mencuat setelah munculnya perbedaan pandangan antara dua tokoh kunci, Elon Musk dan Peter Navarro, mengenai kebijakan tarif perdagangan. Laporan dari Al Jazeera pada 7 April 2025 mengungkapkan bahwa perselisihan Musk vs Navarro ini menjadi sorotan utama, memicu spekulasi tentang potensi perpecahan di dalam tim Trump jelang agenda politik mendatang
Elon Musk, miliarder pendiri Tesla dan SpaceX, diketahui menentang rencana penerapan tarif tinggi terhadap barang impor, khususnya dari Tiongkok. Menurut Musk, kebijakan tersebut dapat merugikan ekonomi AS dengan meningkatkan harga barang dan mengganggu rantai pasok global. Pandangan ini kontras dengan sikap Peter Navarro, mantan penasihat perdagangan Trump yang terkenal dengan pendekatan proteksionisnya. Navarro, yang pernah menjabat selama masa kepresidenan Trump sebelumnya, justru mendukung tarif agresif sebagai senjata untuk melindungi industri dalam negeri dan menekan negara-negara seperti Tiongkok.
Latar Belakang Perselisihan Musk vs Navarro
Perseteruan ini bukan sekadar perbedaan pendapat biasa. Musk, yang kini semakin dekat dengan lingkaran Trump pasca-pilpres AS, memiliki kepentingan bisnis besar di Tiongkok melalui operasional Tesla. Sementara itu, Navarro tetap konsisten dengan sikapnya yang hawkish, menegaskan bahwa tarif adalah alat penting untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS. Ketegangan ini memunculkan pertanyaan: apakah visi ekonomi Trump akan terpecah antara pendekatan globalis seperti Musk dan proteksionis seperti Navarro?
Dampak Politik dan Ekonomi
Analis politik menilai bahwa perbedaan ini bisa memengaruhi strategi Trump jika ia kembali berkuasa. Tarif perdagangan menjadi salah satu isu krusial dalam kampanye Trump sebelumnya, dan kini sorotan tertuju pada bagaimana ia akan menjembatani dua kubu ini. Di sisi lain, pelaku pasar juga mulai was-was, mengingat kebijakan tarif dapat memicu volatilitas ekonomi global, terutama di sektor teknologi dan otomotif.
Reaksi Publik dan Spekulasi
Media sosial, khususnya platform X, ramai dengan diskusi tentang dinamika ini. Sebagian pendukung Trump memuji Musk atas pendekatan pragmatisnya, sementara yang lain mendukung Navarro dan menilai tarif sebagai langkah patriotik. Hingga kini, Trump sendiri belum memberikan pernyataan resmi untuk meredakan spekulasi.
Dengan posisi Musk yang kian sentral dan rekam jejak Navarro sebagai loyalis Trump, perselisihan ini kemungkinan akan terus menjadi bahan perbincangan. Akankah tim Trump menemukan titik temu, atau justru semakin terbelah menjelang agenda politik besar? Hanya waktu yang akan menjawab.