JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menuturkan biaya operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk menangani banjir di Bekasi mencapai ratusan juta rupiah per sesi.
Oleh karena itu, Pratikno meminta pemerintah daerah (pemda) turut serta dalam mendanai operasi tersebut guna mencegah banjir yang lebih parah.
“Biaya operasi modifikasi cuaca ini cukup mahal, mencapai Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per sesi. Untuk itu, kita perlu memikirkan pendanaan bersama,” katanya kepada wartawan.
Pratikno juga mengungkapkan bahwa saat perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) lalu, pemerintah pusat telah mengajak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta untuk berkontribusi dalam pembiayaan operasi tersebut. Hal ini dilakukan mengingat curah hujan tinggi diprediksi akan terus terjadi pada 11-20 Maret mendatang, sehingga operasi modifikasi cuaca harus dilanjutkan.
Sinerginitas Pemda dan Pemerintah Pusat
Menko PMK menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pendanaan operasi modifikasi cuaca.
“Kita harus bergotong royong. Pemerintah pusat, melalui BNPB dan Kementerian Keuangan, akan berusaha semaksimal mungkin mendukung operasi ini. Namun, pemda juga harus turut serta,” tegas Pratikno.
Dia menambahkan bahwa operasi modifikasi cuaca dalam skala besar sangat diperlukan untuk mengantisipasi potensi banjir besar di Bekasi dan sekitarnya.
“Operasi ini harus segera dilaksanakan. Jika terlambat, dampaknya bisa lebih parah dan sulit diatasi,” imbuhnya.
BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca hingga 2025
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memulai operasi modifikasi cuaca tahap pertama, yang akan berlangsung hingga 8 Maret 2025.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan untuk mengurangi potensi bencana banjir dari hulu.
“Kami telah memulai operasi modifikasi cuaca tahap pertama ini hingga 8 Maret 2025. Ini merupakan upaya mitigasi dan pencegahan banjir di level hulu,” kata Abdul Muhari.
Abdul juga menyebutkan bahwa BMKG memprediksi curah hujan tinggi akan kembali terjadi pada 11-20 Maret 2025.
“Pada periode tersebut, BNPB akan kembali menggelar operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi pemicu bencana dari hulu,” ujarnya.
Antisipasi Banjir Besar di Bekasi dan Sekitarnya
Pratikno menekankan bahwa operasi modifikasi cuaca harus dilakukan secara intensif dan tepat waktu untuk mencegah banjir besar di Bekasi dan wilayah sekitarnya.
“Kita tidak boleh terlambat. Jika sudah terjadi, dampaknya akan lebih sulit dikendalikan,” tegasnya.
Dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, diharapkan operasi modifikasi cuaca dapat berjalan efektif dan mengurangi risiko banjir di masa mendatang.