JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan membangun ulang Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah insiden tragis pada 29 September 2025, yang menyebabkan 63 korban meninggal dunia akibat ambruknya musala di lantai tiga ponpes tersebut. Musala yang runtuh saat santri sedang melaksanakan salah berjemaah itu ambruk selama proses renovasi.
Pembangunan Ulang untuk Revitalisasi
Menteri PU Dody Hanggodo menyatakan bahwa pihaknya tidak hanya akan melakukan revitalisasi, tetapi juga pembangunan ulang terhadap bangunan tersebut. Hal ini dilakukan agar kondisi bangunan lebih aman dan tidak hanya sekadar dilakukan perbaikan parsial. Dody menyebutkan bahwa setelah meninjau lokasi, lebih baik bangunan yang rusak tersebut dibongkar dan dibangun kembali dari awal, daripada hanya dilakukan perbaikan sementara.
“Prakiraan saya, kemarin saya ke sana itu, bangunan yang warna hijau itu mesti lebih murah kalau dirobohkan. Ya dibangun baru dari nol, daripada kita tambal sulam,” kata Dody seusai pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, Selasa (7/10/2025).
Anggaran Pembangunan
Terkait anggaran, Menteri Dody menjelaskan bahwa pemerintah akan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan tersebut. Namun, Dody juga membuka kemungkinan adanya dukungan dari pihak swasta. Meskipun demikian, untuk saat ini, dana pembangunan berasal dari APBN.
“Kami yakin anggaran dari APBN akan cukup, tapi tidak menutup kemungkinan ada bantuan dari pihak swasta,” tambah Dody.
Pondok Pesantren dalam Kondisi Darurat
Menteri Dody juga menjelaskan bahwa meski anggaran untuk pondok pesantren selama ini berada di Kementerian Agama, karena insiden ini merupakan situasi darurat, pihak Kementerian Pekerjaan Umum akan mengambil peran dalam pembangunan ulang.
“Kalau anggaran kan selama ini sebetulnya ponpes itu ada di Kementerian Agama. Cuma kan ini kondisi darurat, yang di Sidoarjo pasti kita yang masuk,” ujar Dody.
Pemerintah Siapkan Layanan Hotline
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, mengatakan bahwa pemerintah akan segera membuka layanan hotline untuk masyarakat yang ingin mengadukan tentang kondisi bangunan sekolah atau pondok pesantren yang dianggap rawan ambruk.
“Pemerintah akan segera mempublikasikan nomor hotline untuk pengaduan. Pondok pesantren yang merasa bangunannya rawan, bisa langsung menghubungi kami untuk mendapatkan konsultasi,” ujar Muhaimin.
Proses Evakuasi Korban
Sebelumnya, ambruknya mushala di Ponpes Al Khoziny terjadi saat ratusan santri tengah shalat berjamaah. Tim SAR gabungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berhasil mengevakuasi seluruh korban yang terjebak di bawah reruntuhan. Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Budi Irawan, mengonfirmasi bahwa sebanyak 63 jenazah berhasil ditemukan dan dievakuasi.
BNPB turut memastikan bahwa semua korban telah ditemukan dan proses identifikasi selesai dilakukan oleh tim gabungan.
Tindakan Ke Depan
Pemerintah berharap agar kejadian seperti ini dapat menjadi pelajaran penting dalam memperhatikan kondisi bangunan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan dan ibadah. Dengan adanya pembangunan ulang Ponpes Al Khoziny, diharapkan akan tercipta ruang yang lebih aman dan nyaman bagi para santri untuk melaksanakan aktivitas mereka.
Insiden tragis ini membuka kesadaran akan pentingnya keamanan bangunan di tempat-tempat umum, terutama pondok pesantren yang memiliki kapasitas tinggi dan menjadi tempat banyaknya santri yang beraktivitas. Diharapkan, melalui pembangunan ulang ini, kejadian serupa tidak akan terulang lagi di masa depan.




