Jepang – Penyebab tabrakan dan kebakaran yang melibatkan pesawat Japan Airlines JAL516 saat mendarat di Bandara Haneda Tokyo, Jepang, mulai terungkap. Menteri Transportasi Jepang, Tetsuo Saito, merilis transkrip komunikasi antara menara pengontrol lalu lintas udara Bandara Haneda dengan JAL516 dan pesawat Japan Coast Guard empat menit sebelum kecelakaan terjadi.
Menurut transkrip resmi tersebut, pesawat Japan Coast Guard yang bertabrakan dengan JAL516 belum mendapatkan izin untuk lepas landas. Saat itu, JAL516 hendak mendarat di Haneda setelah terbang dari Bandara New Chitose Hokkaido, sementara pesawat Japan Coast Guard ingin terbang menuju Prefektur Niigata untuk memberikan bantuan bagi korban gempa.
Transkrip menunjukkan bahwa pesawat Japan Coast Guard diinstruksikan untuk “taxi” ke holding point, bukan memasuki landasan pacu, dan belum mendapat izin untuk lepas landas. Di saat bersamaan, JAL516 telah mendapatkan izin untuk mendarat.
Tayangan televisi NHK memperlihatkan JAL516 mendarat dan bergerak cepat sebelum terjadi ledakan yang memicu kobaran api pada bagian bawah pesawat. Meskipun kebakaran terjadi, seluruh 379 penumpang dan kru pesawat berhasil dievakuasi dengan selamat melalui perosotan darurat.
14 kru dan penumpang mengalami luka memar atau merasa tidak enak badan setelah evakuasi, namun mereka telah mendapat perawatan di rumah sakit. Sayangnya, lima dari enam kru pesawat Japan Coast Guard meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut.
Penyelidikan awal juga menunjukkan bahwa lampu peringatan di landasan pacu (runway stop bar) tidak berfungsi saat kejadian. Sebuah Notice to Airmen (NOTAM) di Bandara Haneda memberi peringatan kepada para pilot bahwa lampu stop bar “tidak dapat digunakan” dari taxiway C1 hingga C14.