KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menegaskan bahwa ASEAN harus bangkit secara kolektif di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat.
Pernyataan itu disampaikan Anwar saat berpidato dalam Konferensi Investasi ASEAN 2025 di Kuala Lumpur, Selasa (8/4).
Namun, kata Anwar, untuk merealisasikan potensi tersebut, ASEAN tidak boleh lagi terjebak dalam retorika belaka, melainkan menghadapinya dengan tindakan.
Anwar menyoroti bahwa meski liberalisasi tarif di Asia Tenggara sebagian besar telah rampung, kawasan ini masih menghadapi tantangan dalam hal penyelarasan regulasi, logistik lintas batas, dan konektivitas digital.
Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Malaysia menyatakan komitmennya untuk memperkuat kerja sama regional guna mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih erat.
Anwar juga memaparkan dua fokus utama dalam upaya memperkuat kesatuan ekonomi ASEAN.
Pertama, implementasi Jaringan Energi ASEAN, yakni inisiatif untuk menghubungkan jaringan listrik antarnegara sehingga memungkinkan pertukaran energi terbarukan di kawasan.
Upaya itu akan menjadikan ASEAN sebagai pusat energi hijau yang berkelanjutan, kata dia.
Kedua, pengembangan sistem pembayaran regional untuk mendorong pertumbuhan perdagangan dan sektor pariwisata antarnegara anggota.
“Hari ini, kita meluncurkan inisiatif penghubungan pembayaran antara Malaysia dan Kamboja dengan harapan untuk memperluas ke seluruh ASEAN dalam waktu dekat,” ujar dia.
Anwar menambahkan bahwa hubungan yang solid antar pemimpin ASEAN membuka peluang integrasi ekonomi lebih dalam, khususnya di sektor-sektor strategis seperti layanan keuangan, energi, wisata medis, dan logistik.
Oleh karena itu, kata dia, kekuatan ASEAN harus dikerahkan demi keberlangsungan negara-negara anggotanya.