MEKKAH – Cuaca panas ekstrem di Arab Saudi selama musim haji dapat memicu heat stroke yang mengancam keselamatan jamaah haji.
Dehidrasi, kelelahan, dan paparan sinar matahari menjadi kombinasi berbahaya yang wajib diwaspadai setiap calon haji.
Praktisi Kesehatan Masyarakat, Ngabila Salama, mengingatkan pentingnya deteksi dini dan pencegahan heat stroke sebelum terjadi.
“Heat stroke dipicu oleh dehidrasi, karena suhu dan kelembaban udara di sana sangat tinggi,” ujarnya dikutip dari RRI, Kamis (5/6/2025).
Untuk meminimalkan risiko, Ngabila memperkenalkan panduan kesehatan sederhana bertajuk Gemarusah, yakni gerakan minum air 200 cc setiap jam, makan kurma tiap dua jam, menyemprot wajah dengan air, serta konsumsi oralit secara berkala.
“Tujuannya menjaga tubuh tetap terhidrasi dan mencegah kelelahan berlebih,” ucapnya.
Ia menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) saat menjalankan ritual ibadah yang banyak berlangsung di luar ruangan.
Perlengkapan APD dan Larangan Aktivitas di Puncak Panas
APD yang direkomendasikan termasuk topi, kacamata hitam, payung, sunscreen, lip balm, masker, hingga pakaian berwarna cerah.
Alas kaki juga menjadi bagian penting untuk melindungi telapak dari suhu ekstrem lantai di Tanah Suci.
“Hindari aktivitas di luar ruangan di atas jam 9 pagi sampai jam 4 sore,” katanya.
Waktu tersebut merupakan rentang terpanas yang rawan memicu serangan heat stroke.
Bahkan, Ngabila menyoroti bahwa banyak jamaah dilaporkan meninggal saat prosesi lempar jumrah yang dilakukan pada waktu tersebut.
Ia menyarankan tawaf dilakukan pada waktu subuh, pagi hari, sore, atau malam untuk menghindari paparan suhu ekstrem.
“Yang rentan terkena heat stroke adalah mereka yang tidak pakai APD dan mengalami dehidrasi,” imbuhnya.
Kenali Tanda Dehidrasi dan Risiko Heat Stroke
Gejala awal dehidrasi yang harus diwaspadai meliputi kebingungan, jantung berdebar cepat, hingga penurunan kesadaran.
Ngabila mengingatkan bahwa lansia termasuk kelompok paling rentan.
“Bahkan saat berada di ruangan ber-AC, kulit dan bibir kita tetap bisa kering,” katanya, memperkuat bahwa suhu rendah bukan jaminan perlindungan.
Ia juga menyarankan agar jamaah mengurangi konsumsi minuman berkafein seperti teh dan kopi.
“Keduanya bisa menyebabkan sulit tidur dan menurunkan daya tahan tubuh,” katanya.
Jika seseorang mulai menunjukkan tanda heat stroke, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan ke tempat sejuk, menyiram tubuh dengan air atau es terutama di bagian lipatan tubuh, dan memberikan cairan.
“Guyur dengan air atau es di lipatan tubuh dan beri cairan,” tegasnya.
Jika penanganan terlambat, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan organ permanen.
“Jangan memaksakan diri saat beribadah. Sampaikan keluhan sekecil apa pun ke petugas kesehatan,” pesan Ngabila.
Edukasi Sejak Manasik Haji
Pentingnya edukasi soal kesehatan dan pencegahan heat stroke harus dimulai sejak manasik haji.
Ngabila mengingatkan bahwa risiko kesehatan tetap tinggi bahkan setelah puncak haji.
“Masa setelah puncak haji pun masih menyimpan risiko kelelahan tinggi hingga kurang lebih dua minggu setelahnya,” tutupnya.***