JAKARTA – Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan kini menjadi pusat perhatian setelah kabar mengenai perekrutan 14 mantan karyawan Lion Air yang dikabarkan bergaji fantastis. Hal ini menimbulkan berbagai reaksi, terutama di kalangan internal perusahaan Garuda.
Kontroversi Rekrutmen Mantan Karyawan Lion Air
Menurut laporan Harian Kompas, perekrutan 14 mantan karyawan dari Grup Lion Air ini memicu penolakan dari sejumlah pihak di dalam Garuda Indonesia. Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. bahkan mengeluarkan surat resmi yang meminta Wamildan Tsani Panjaitan untuk menonaktifkan mereka. Dalam surat bernomor SEKBER/001/III/2025, Serikat Karyawan Garuda mengungkapkan bahwa keberadaan mereka dengan gaji yang sangat tinggi menyebabkan keresahan, baik di masyarakat maupun di kalangan pegawai Garuda.
Gaji Fantastis dan Posisi yang Diberikan
Laporan dari Kompas.com menyebutkan bahwa, dari ke-14 orang tersebut, sembilan orang ditempatkan di posisi CEO Office Specialist, dengan tiga di antaranya menerima gaji bulanan mencapai Rp117 juta. Sementara enam lainnya mendapatkan gaji per bulan antara Rp52 juta hingga Rp110,5 juta. Selain itu, tiga orang menduduki jabatan Senior Lead Professional dan protokol Dirut, dengan gaji sebesar Rp21,25 juta, sedangkan dua orang lainnya bekerja sebagai protokol Ibu Dirut dengan gaji Rp25 juta.
Garuda Menanggapi Tuduhan
Namun, Direktur Human Capital & Corporate Service Garuda Indonesia, Enny Kristiani, membantah bahwa informasi yang beredar tidak sepenuhnya akurat. Dalam keterangan resminya, Enny mengungkapkan kekecewaannya terhadap penyebaran informasi yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Profil Wamildan Tsani Panjaitan
Sebelum menjabat sebagai Dirut Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan memiliki perjalanan karier yang cukup panjang. Ia pernah menjabat sebagai pelaksana tugas Direktur Utama Lion Air dan berkarier di Angkatan Udara sebagai pilot skadron intai serta instruktur penerbang. Wamildan juga berpengalaman di berbagai pelatihan internasional, seperti Pelatihan Medis Bidang Aviasi Angkatan Udara Singapura, Kursus Instruktur Angkatan Udara Australia, dan Squadron Officer School Angkatan Udara Amerika Serikat.
Setelah pensiun dini dari TNI-AU, Wamildan bergabung dengan Lion Group, memulai karier sebagai manajer keamanan di Batik Air sebelum akhirnya menjadi Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Kualitas di Batik Air dan Lion Air. Pada tahun 2023, Wamildan diangkat menjadi pelaksana tugas Direktur Utama Lion Air, dan pada 2024 ia terpilih sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia.
Klarifikasi Garuda Indonesia tentang Proses Rekrutmen
Menanggapi isu ini, Direktur Niaga Garuda Indonesia, Ade R. Susandi, menjelaskan bahwa proses rekrutmen yang terjadi adalah bagian dari prosedur internal yang dilakukan sesuai dengan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG). Ia memastikan bahwa Garuda Indonesia memiliki sistem GCG yang kuat dan sudah diterapkan sejak lama.
Lebih lanjut, Enny Kristiani juga menegaskan bahwa semua pegawai yang direkrut memiliki status sebagai pegawai kontrak pro hire dengan kontrak kerja waktu tertentu. Menurutnya, komponen remunerasi yang diterima oleh pegawai tersebut mengikuti ketentuan remunerasi Garuda Indonesia yang mengacu pada standar industri yang berlaku saat ini.
Tantangan dalam Perekrutan dan Proses Internal Garuda
Kontroversi yang timbul akibat perekrutan mantan karyawan Lion Air ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh Garuda Indonesia dalam menjaga keharmonisan internal dan mematuhi prosedur yang berlaku. Meski demikian, Garuda tetap mempertahankan klaim bahwa seluruh proses rekrutmen dilakukan dengan mengikuti regulasi yang berlaku dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.