JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat geger dengan keputusan kontroversialnya yang menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor dari Kanada, Meksiko, dan China. Keputusan ini tidak hanya menarik perhatian domestik, tetapi juga menimbulkan reaksi keras dari luar negeri.
Pada 1 Februari 2025, Trump menandatangani tiga instruksi presiden yang menetapkan tarif 25 persen untuk produk dari Kanada dan Meksiko, serta 10 persen untuk produk China. Tarif tersebut mulai berlaku pada 4 Februari 2025.
Meskipun mengetahui dampak ekonomi yang akan dirasakan warga Amerika akibat harga barang impor yang semakin mahal, Trump tetap membela kebijakan ini sebagai langkah yang diperlukan demi melindungi kepentingan nasional AS. Dalam komentarnya di media sosial, Truth Social, Trump mengakui adanya potensi kesulitan yang dihadapi masyarakat, namun dia menegaskan bahwa segala pengorbanan tersebut layak dilakukan demi masa depan yang lebih baik.
“Apakah akan ada sedikit kesulitan? Iya, mungkin (mungkin juga tidak),”ungkap Trump.
“Tetapi kita akan Membuat Amerika Hebat Lagi (MAGA), dan itu semua akan sepadan dengan harga yang harus dibayar,” tambahnya.
Tidak hanya soal dampak ekonomi, Trump juga menyentil tajam kritik yang disampaikan oleh surat kabar The Wall Street Journal.
Dengan tajam, WSJ menulis opini bertajuk “Perang Dagang Terbodoh dalam Sejarah” sebagai respons atas kebijakan tarif Trump. Menanggapi itu, Trump menulis, “‘Lobi Tarif,’ dipimpin oleh Wall Street Journal yang globalis dan selalu salah, berupaya keras untuk membenarkan penipuan Amerika yang telah berlangsung selama puluhan tahun, baik dalam hal perdagangan, kejahatan, dan obat-obatan beracun.”
Trump kembali mengungkapkan keprihatinannya terkait defisit perdagangan yang terus membengkak, mengkritik negara-negara yang dinilai mengeksploitasi warga AS.
“Hari-hari itu sudah berakhir,” katanya tegas.
Kanada Jadi Negara Bagian AS?
Tak hanya berhenti pada tarif, Trump juga kembali mengajukan gagasan kontroversial mengenai Kanada. Dalam salah satu postingannya, dia menyerukan agar Kanada bergabung menjadi negara bagian AS untuk menghindari tarif tinggi yang telah diterapkan. Menurut Trump, jika Kanada menjadi negara bagian ke-51, maka negara tersebut akan bebas dari tarif dan mendapatkan perlindungan militer yang lebih kuat dari AS.
Trump bahkan menyatakan bahwa AS telah memberikan subsidi yang sangat besar untuk Kanada, dengan mengatakan “Tanpa subsidi tersebut, Kanada tidak akan bisa menjadi negara yang layak.” Oleh karena itu, ia menilai bahwa Kanada seharusnya menjadi bagian dari AS untuk memperkuat hubungan kedua negara. Biro Sensus AS mencatat, defisit perdagangan AS dengan Kanada pada 2024 mencapai angka mencengangkan sebesar 55 miliar dolar AS.
Dengan kebijakan tarif ini, Trump sekali lagi menegaskan komitmennya untuk memulihkan kekuatan ekonomi dan posisi Amerika di panggung global.