JAKARTA — Pemerintah Timor Leste menyatakan rasa terima kasih yang mendalam atas kiriman bantuan vaksin rabies dari Indonesia, yang dinilai menjadi langkah nyata dalam memperkuat respons kesehatan masyarakat terhadap wabah yang saat ini merebak di negara tersebut.
Bantuan vaksin rabies dari Indonesia disambut dengan penuh penghargaan oleh Perwakilan Konsulat Timor Leste, Cesaltina da Silva da Costa.
Ia menyebut dukungan tersebut sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan yang penting di tengah krisis kesehatan yang melanda negaranya.
Bantuan itu tak hanya memperkuat upaya teknis penanganan wabah, tetapi juga menunjukkan eratnya hubungan emosional dan historis antara kedua negara.
“Atas nama Pemerintah Timor Leste, saya menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada Pemerintah Indonesia,” ujar Cesaltina dalam pernyataan resminya di Kupang beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan bahwa vaksinasi menjadi kunci keselamatan masyarakat, dan bantuan yang dikirimkan oleh Indonesia sangat dinanti sebagai respons segera terhadap penyebaran rabies di wilayah Timor Leste.
Menurut Cesaltina, dukungan tersebut juga tak lepas dari koordinasi efektif antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hubungan geografis yang berdekatan dan ikatan sosial budaya yang mendalam antara kedua negara menjadi latar penting kerja sama ini.
“Ini karena hubungan Indonesia dan Timor Leste sangat erat secara sejarah, budaya, dan sosial,” tambahnya.
Peningkatan kasus rabies di Timor Leste selama beberapa bulan terakhir menuntut penanganan cepat.
Dalam konteks itu, vaksin kiriman Indonesia menjadi harapan baru bagi pengendalian situasi.
Cesaltina menilai langkah ini sebagai cermin kepedulian lintas negara yang sangat dibutuhkan saat ini.
“Donasi ini mencerminkan semangat solidaritas kemanusiaan dan kepedulian lintas batas dalam menjaga kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Ia berharap agar kolaborasi antara Timor Leste dan Indonesia dalam bidang kesehatan terus diperluas, tak hanya berhenti pada bantuan vaksin.
Ia membuka peluang untuk kolaborasi strategis lainnya dalam upaya peningkatan ketahanan kesehatan masyarakat di kedua negara.
“Bantuan ini diharapkan menjadi awal kolaborasi kesehatan lintas batas yang lebih luas dan berkelanjutan,” pungkas Cesaltina.***




