ISTANBUL, TÜRKİYE – Türkiye siap menampung sejumlah tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Türkiye, Hakan Fidan, pada kunjungannya ke Qatar
Fidan menegaskan bahwa pernyataan kesiapan Türkiye untuk menerima tahanan Palestina ini mendapat dukungan penuh dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.
“Presiden kami telah menyatakan bahwa kami siap untuk menampung sejumlah warga Palestina yang telah dibebaskan… demi mendukung perjanjian tersebut,” ungkap Fidan dalam konferensi pers di Doha.
Lebih lanjut, Fidan menyebutkan bahwa Türkiye, bersama negara-negara lain, akan turut berpartisipasi dalam memastikan agar gencatan senjata tetap terjaga.
“Türkiye, bersama dengan negara-negara lainnya, akan mengambil bagian dalam hal ini sehingga perjanjian gencatan senjata dapat tetap berlaku,” jelasnya.
Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai dengan pembebasan 33 sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, yang kemudian ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang berada di penjara Israel.
Sebagian besar dari tahanan Palestina yang dibebaskan ini diperkirakan akan diasingkan secara permanen, meskipun tempat pengasingannya belum dipastikan.
Pada Sabtu (1/2), Israel membebaskan 183 tahanan Palestina, yang ditukarkan dengan pembebasan tiga sandera Israel oleh Hamas di Gaza. Selain itu, tujuh tahanan Palestina dan satu tahanan asal Mesir telah dideportasi setelah dibebaskan.
Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, mengungkapkan bahwa dirinya dan Hakan Fidan telah membahas perkembangan situasi di Palestina dan Suriah dalam pertemuan tertutup mereka. Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat, berperan sebagai mediator dalam gencatan senjata ini.
PM Qatar juga menegaskan pentingnya semua pihak untuk menghormati ketentuan gencatan senjata dan melanjutkan perundingan menuju tahap kedua, yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran antara Hamas dan Israel secara lebih permanen.
Meskipun demikian, belum ada jadwal pasti untuk perundingan resmi antara delegasi Hamas dan Israel yang akan dipimpin oleh para mediator tersebut. Gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari diperkirakan akan berakhir bulan depan.