JAKARTA – Bencana hidrometeorologi basah, yang sering terjadi akibat hujan lebat, masih mendominasi peristiwa bencana di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis laporan terkait perkembangan situasi dan penanganan bencana di beberapa daerah yang terdampak, memberikan gambaran nyata tentang dampak serta upaya yang dilakukan oleh tim tanggap darurat.
Pada Senin, 10 Februari 2025, hujan dengan intensitas tinggi melanda Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Peristiwa ini menyebabkan banjir yang merendam 580 rumah di empat kecamatan, dengan 580 kepala keluarga (KK) atau sekitar 2.164 jiwa harus mengungsi. Tim BPBD Makassar segera mendistribusikan bantuan logistik dan melakukan evakuasi, dengan prioritas pada kelompok rentan. Hingga 13 Februari 2025, genangan banjir masih melanda permukiman warga dengan ketinggian air yang bervariasi dari 30 sentimeter hingga 3 meter.
Di Kabupaten Wajo, bencana serupa terjadi pada hari yang sama. Hujan deras disertai meluapnya Sungai Walennae menyebabkan banjir parah, bahkan tanggul jebol di dua titik di Desa Ujung Lero, Kecamatan Sabbangparu. Sebanyak 573 rumah terendam, dan 824 jiwa terdampak. Tragisnya, satu orang dinyatakan hilang terbawa arus sungai. BPBD Wajo terus melakukan pencarian korban hilang dan penanganan darurat. Hingga kini, genangan banjir masih merendam banyak permukiman dan lahan pertanian warga.
Selain itu, cuaca ekstrem juga melanda Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, pada Selasa, 11 Februari 2025. Hujan deras dan angin kencang mengakibatkan pohon tumbang dan merusak atap rumah warga di empat desa yang terletak di Kecamatan Kombi. Sebanyak 11 keluarga atau 36 jiwa terdampak. Kerugian materiil mencakup sembilan rumah rusak ringan, dua rumah rusak berat, serta kerusakan pada fasilitas pendidikan dan akses jalan. BPBD Minahasa telah merespons dengan memberikan bantuan logistik serta melakukan asesmen di lokasi bencana.
Di Kabupaten Karangasem, Bali, hujan deras dan angin kencang juga terjadi pada Rabu, 12 Februari 2025, menyebabkan pohon tumbang yang merusak rumah dan mengganggu akses jalan di Kecamatan Bebandem. Tragedi ini juga menyebabkan satu korban jiwa. BPBD Karangasem mengirimkan tim reaksi cepat untuk menanggulangi dampak dari bencana ini dan melakukan pembersihan material yang menghalangi jalan. Penanganan terhadap pohon tumbang terus dilakukan di beberapa titik.
Menyikapi rangkaian bencana ini, BNPB mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat lebih meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah. Langkah preventif yang dapat diambil antara lain adalah rutin membersihkan saluran air dan daerah aliran sungai, memonitor kondisi cuaca secara berkala, serta memastikan kesiapan peralatan penanggulangan bencana. Masyarakat juga diingatkan untuk menyiapkan rencana darurat, termasuk jalur evakuasi dan tempat pengungsian sementara.
Dengan meningkatnya intensitas bencana alam, upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bersama akan sangat menentukan dalam mengurangi risiko bencana dan mempercepat pemulihan pascabencana.