JAKARTA – Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, tengah gencar merayu Indonesia untuk membeli jet tempur F-15EX dengan iming-iming kandungan lokal hingga 85 persen. Penawaran ini menjadi bagian dari upaya Boeing untuk membangun kemitraan strategis di kawasan Asia Tenggara, khususnya setelah pandemi menunjukkan risiko rantai pasok global yang rapuh.
“Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85% kebutuhan melalui produksi dan dukungan lokal. Kami memiliki tim yang kuat dan berdedikasi yang telah beberapa kali datang ke Indonesia dalam setahun terakhir untuk menjajaki peluang kemitraan dan investasi,” ujar CEO Boeing Asia Tenggara, Penny Burtt.
Boeing menilai pentingnya keterlibatan perusahaan dalam negeri dalam proyek F-15EX. Selain membangun ekosistem industri pertahanan, perusahaan juga membuka peluang besar untuk transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja, hingga pengembangan kemampuan perawatan dan pelatihan (MRO) di Indonesia.
Indonesia Jadi Negara Kedua yang Bisa Miliki F-15EX
Minat Indonesia terhadap F-15EX bukan tanpa dasar. Pada Agustus 2023, saat masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Presiden Prabowo Subianto telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembelian pesawat tempur tersebut di markas The Boeing Company, St. Louis, Missouri, AS.
Langkah itu menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang akan mengoperasikan F-15EX.
“Kami menandatangani nota kesepahaman bahwa kami akan bekerja sama dan menuju ke pembentukan kontrak pembelian dan saya pikir kami semakin dekat, yang mana ini merupakan hal yang menggembirakan,” kata Executive Director F-15 Business Development Boeing Defense, Space & Security, Robert Novotny
Novotny menambahkan, F-15EX adalah pesawat siap tempur yang tidak memerlukan pengembangan tambahan. Begitu tiba di Indonesia, pesawat ini langsung bisa dioperasikan dan memiliki masa pakai hingga 20.000 jam terbang atau sekitar 30 tahun.
Proses Pembelian Masih Berlangsung
Meski MoU sudah diteken, proses pengadaan 24 unit F-15EX masih berjalan. Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemhan), Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang.
“Kementerian Pertahanan sudah melakukan pengkajian dan juga sudah merekomendasikan, namun kembali lagi nanti keputusan itu ada di pemerintah pusat dan juga Kementerian Keuangan,” ujar Frega dalam sebuah webinar.
Ia juga menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada kontrak resmi yang ditandatangani, dan prosesnya bisa memakan waktu antara 6 hingga 7 tahun.
“Kami belum ada keterikatan untuk membeli, dan tentunya dengan kondisi yang ada saat ini, proses masih berjalan. Walaupun kalau dilihat dari pemberitaan, itu sempat ada juga penandatangan MoU,” jelasnya.
Boeing terus memposisikan Indonesia sebagai mitra strategis utama dalam proyek F-15EX, dengan janji nilai tambah melalui produksi lokal. Sementara itu, pemerintah Indonesia masih menimbang proses lanjutan, yang akan sangat bergantung pada keputusan lintas kementerian.