JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 31 kejadian bencana terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam, dari tanggal 10 Mei pukul 07.00 WIB hingga 11 Mei pukul 07.00 WIB.
Delapan di antaranya dikategorikan sebagai kejadian menonjol karena berdampak besar terhadap masyarakat.
“Cuaca ekstrem dan dinamika iklim menjadi pemicu utama berbagai bencana yang terjadi dalam periode ini,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan resminya yang diterima Garuda.Tv, Minggu (11/5/2025).
Laporan awal datang dari Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang dilanda banjir dan berdampak pada 735 kepala keluarga (KK). Hingga Sabtu malam, air mulai surut dan proses pendataan masih berlangsung oleh BPBD setempat.
Banjir juga melanda Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, dengan 205 KK terdampak. Status bencana ditetapkan sebagai masa transisi darurat ke pemulihan hingga akhir Desember 2025. Warga kini mulai membersihkan sisa-sisa banjir.
Di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, banjir menyebabkan 80 KK terdampak. Meski debit air masih tinggi, kondisi dinyatakan aman dan terkendali.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian serius di Riau. Sejak awal tahun hingga 10 Mei, tercatat 89,43 hektare lahan terbakar. Operasi modifikasi cuaca masih terus digencarkan untuk mengurangi risiko meluasnya kebakaran.
Karhutla juga terjadi di Kalimantan Tengah dengan total luas lahan terdampak mencapai 27,13 hektare. Tambahan titik kebakaran ditemukan di Palangka Raya, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, dan Sukamara.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, masih berlangsung. Sebanyak 1.185 KK atau 4.109 jiwa telah mengungsi. Gunung tersebut berstatus Level III (Siaga), dengan masa tanggap darurat berlaku hingga 14 Agustus 2025.
Di Kalimantan Timur, banjir di Kabupaten Kutai Timur belum menunjukkan tanda-tanda surut, dengan ketinggian air mencapai 50 cm dan 2.788 KK terdampak.
Banjir juga menerjang Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, memengaruhi 1.950 KK atau 7.603 jiwa. Debit air di Desa Kuala Sebatu tercatat turun sekitar 2 cm pada hari ke-58 masa transisi darurat.
Abdul Muhari menegaskan, BNPB terus melakukan koordinasi intensif dengan BPBD dan instansi terkait untuk menjamin kecepatan respons dan distribusi bantuan logistik bagi warga terdampak.
“Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana, terutama banjir dan karhutla, serta selalu mengikuti informasi resmi dari otoritas terkait,” pungkasnya.