JAKARTA – BRICS membuka babak baru dalam hubungan ekonomi Indonesia-Rusia, dengan peluang besar di sektor investasi, energi, dan infrastruktur. Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan Indonesia, Budi Santoso, dalam wawancara eksklusif dengan media Rusia, Sputnik, yang dilansir pada Sabtu (4/10/2025), menegaskan posisi Rusia sebagai mitra strategis dalam perdagangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sejak resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS pada awal 2025, Indonesia kian gencar menjalin kerja sama dengan negara-negara anggota, termasuk Rusia, Brasil, India, Tiongkok, Afrika Selatan, serta anggota baru lainnya seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Forum BRICS, yang dibentuk pada 2006, menjadi platform penting bagi Indonesia untuk memperluas jaringan perdagangan global.
Salah satu capaian signifikan adalah peningkatan impor produk minyak dari Rusia, seperti minyak bakar, nafta, dan solar. Menurut Budi Santoso, nilai pasokan energi dari Rusia ke Indonesia pada 2024 mencapai $874,7 juta, menandakan lonjakan yang luar biasa. “Kerja sama di bidang energi terus menguat, seiring dengan kebutuhan Indonesia akan pasokan energi yang stabil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Keikutsertaan Indonesia dalam BRICS tidak hanya memperkuat posisi geopolitik, tetapi juga membuka peluang investasi dan pembangunan infrastruktur bersama Rusia. Langkah ini diharapkan dapat mendorong perdagangan yang lebih inklusif, mendukung agenda keberlanjutan, serta mempercepat pemulihan ekonomi pasca tantangan global.
Dengan semakin eratnya hubungan bilateral ini, Indonesia optimistis dapat memanfaatkan potensi BRICS untuk memperluas pasar ekspor, menarik investasi asing, dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global.




