JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) mencatat sebanyak 18 kejadian bencana akibat cuaca ekstrem.
Bencana terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam terakhir, terhitung sejak Selasa, 24 Juni 2025 pukul 07.00 WIB hingga Rabu, 25 Juni 2025 pukul 07.00 WIB.
Dari jumlah tersebut, delapan kejadian tercatat berdampak signifikan terhadap masyarakat, yang terdiri dari dua kejadian baru dan enam kejadian yang merupakan pembaruan dari laporan sebelumnya.
Kejadian baru pertama adalah banjir rob yang terjadi di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
Peristiwa ini menyebabkan sekitar 8.800 jiwa terdampak dan 2.200 rumah terendam.
Meski belum ada penetapan status darurat, kondisi terkini menunjukkan bahwa genangan air berangsur surut.
Sementara itu, kejadian baru kedua adalah banjir yang melanda Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung.
Sebanyak 50 kepala keluarga terdampak dengan jumlah rumah terdampak yang sama.
Wilayah ini masih berada dalam status Siaga Darurat terhitung sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2025. Saat ini, area permukiman dan persawahan masih tergenang air.
Lima Lokasi Bencana Sebelumnya
Kejadian bencana sebelumnya terjadi di lima wilayah sudah menjadi fokus penanganan BNPB.
1. Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah:
Banjir mengganggu kehidupan 1.165 kepala keluarga (3.744 jiwa). Sebanyak 1.327 rumah terdampak.
Wilayah ini masih dalam status Tanggap Darurat hingga 2 Juli 2025.
Selain banjir, tanah longsor di lokasi yang sama menelan tiga korban jiwa, dan empat orang masih hilang.
Dua alat berat dikerahkan untuk mempercepat pencarian, dengan jaringan komunikasi sudah kembali normal.
2. Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara:
Banjir menyebabkan satu kematian dan satu luka tersengat listrik.
Total 14.152 jiwa terdampak dan 4.418 rumah terendam.
Meski masih tanggap darurat hingga 7 Juli 2025, sebagian besar pengungsi telah kembali ke rumah.
3. Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT:
Longsor memaksa 549 orang mengungsi dan merusak 301 rumah.
Pergerakan tanah masih terjadi, menyebabkan kerusakan jalan sepanjang 30 meter dengan kedalaman retakan hingga 80 cm.
4. Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat:
Banjir berdampak pada 10.379 kepala keluarga (31.494 jiwa).
Sebanyak 9.122 rumah terendam. Meski masih tanggap darurat hingga 3 Juli 2025, air mulai surut dan aktivitas masyarakat mulai pulih.
5. Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat:
Karhutla membakar lima hektar lahan. Titik api masih terdeteksi dan pemadaman terus dilakukan oleh tim gabungan.
Prakiraan Cuaca dan Potensi Bencana Dua Hari ke Depan
Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dalam dua hari ke depan atau Kamis-Jumat (26/27), wilayah Indonesia masih akan dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang cukup aktif.
Beberapa wilayah berpotensi mengalami hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, terutama di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, sebagian besar Pulau Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta wilayah pesisir selatan Jawa.
BNPB mengingatkan bahwa fenomena cuaca tersebut dapat berpotensi menjadi pemicu kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di wilayah yang memiliki curah hujan tinggi, terutama di kawasan dengan kondisi tanah yang labil atau pasca pembukaan lahan.
Adapun di wilayah pesisir, potensi banjir rob juga masih mungkin terjadi akibat pasang maksimum.
Sementara itu, sejumlah wilayah di Sumatera bagian barat dan Kalimantan bagian tengah juga tetap diwaspadai akan potensi karhutla karena suhu udara yang tinggi dan minimnya curah hujan.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan informasi cuaca dari instansi terkait serta arahan dari BPBD setempat.
BNPB juga telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran daerah untuk mengaktifkan sistem peringatan dini dan meningkatkan kesiapsiagaan, khususnya di daerah rawan bencana.
BNPB terus melakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan situasi bencana di seluruh wilayah, serta berkoordinasi secara berkesinambungan dengan pemerintah daerah dan instansi teknis guna percepatan penanganan darurat dan pemulihan.
Operasi pencarian, penyelamatan, distribusi logistik, serta asesmen lapangan terus dilaksanakan oleh tim gabungan yang berada di lokasi terdampak.***