MOJOKERTO – Tragedi longsor yang melanda jalur alternatif Pacet-Cangar meninggalkan duka mendalam.
Dari sepuluh korban jiwa, tiga di antaranya merupakan satu keluarga asal Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Ketiganya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dalam posisi saling berpelukan di dalam mobil pikap yang tertimbun longsor, pada Jumat (4/4).
Ketiga korban tersebut adalah pasangan suami istri Ahmad Fiki Muzaki (28) dan Fitria Handayani (27), serta putri kecil mereka, Mikaila F.Z (3). Jenazah mereka berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Polda Jawa Timur di RSUD Sumberglagah sebelum akhirnya dimakamkan berdampingan dalam satu liang lahat di pemakaman umum Dusun Urung-Urung, Desa Jatijejer, kemarin sore.
Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jawa Timur, Akhmad Jazuli, menyampaikan belasungkawa atas musibah tanah longsor yang menelan sepuluh korban jiwa di jalur penghubung Mojokerto dan Batu tersebut.
“Yang tiga orang satu keluarga, ditemukan di dalam kendaraan (pikap) kondisi berdekapan,” ungkapnya usai meninjau kamar jenazah RSUD Sumberglagah, Jumat (4/4).
Jazuli juga menuturkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama pihak terkait telah berupaya semaksimal mungkin untuk mempercepat proses evakuasi. Seluruh korban longsor berhasil ditemukan meskipun dalam keadaan tidak bernyawa.
Selain tiga korban dari Trawas, RSUD Sumberglagah sebelumnya juga menerima jenazah Masjid Zatmo Setio dari Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, salah satu penumpang Toyota Innova yang ikut tertimbun tanah.
“Kemudian yang enam korban lainnya ada di Batu,” tandasnya.
Usai proses identifikasi, jenazah seluruh korban langsung dipulangkan ke rumah duka masing-masing untuk dimakamkan. Jazuli berharap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan amal ibadah para korban diterima di sisi Tuhan.
“Karena niat untuk silaturahmi, Insyaallah syahid akhirat,” harapnya.
Nur Wahid, paman dari mendiang Fitria Handayani, mengenang bahwa sebelum kejadian, keponakannya berpamitan untuk bersilaturahmi ke keluarga suami di Blitar dan Trenggalek.
“Mau silaturahmi ke saudaranya,” katanya.
Namun, rencana merayakan Idulfitri bersama keluarga berubah menjadi duka. Ketibaan jenazah di rumah duka disambut tangis haru keluarga dan ratusan pelayat. Setelah disalatkan, ketiganya dimakamkan berdampingan dalam satu pusara.
“Langsung dimakamkan bersama-sama,” pungkas Nur Wahid.