JAKARTA – Pemakaman Paus Fransiskus pada 26 April 2025 di Vatikan menjadi sorotan dunia, dihadiri lebih dari 50 kepala negara dan tokoh penting global. Namun, absennya Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memicu tanda tanya besar.
Ketegangan Diplomatik Israel-Vatikan Jadi Sorotan
Hubungan antara Israel dan Vatikan telah lama berada di bawah bayang-bayang ketegangan, terutama terkait sikap Paus Fransiskus terhadap konflik Israel-Palestina. Paus Fransiskus dikenal vokal mengadvokasi gencatan senjata permanen di Gaza dan menyebut serangan Israel sebagai “kejahatan kemanusiaan” atau bahkan “genosida”. Pernyataan ini memicu respons keras dari Israel, meskipun tidak secara terbuka.
“Sikap tegas Paus Fransiskus terhadap serangan Israel ke Gaza menuai reaksi dari pihak Israel, meskipun secara tidak langsung,” tulis Media Indonesia.
Ketidakharmonisan ini diperparah dengan penghapusan ucapan belasungkawa resmi dari pemerintah Israel pasca wafatnya Paus Fransiskus. Langkah ini memicu spekulasi adanya perpecahan internal di tubuh pemerintahan Israel terkait sikap terhadap pemimpin Gereja Katolik tersebut. Absennya Netanyahu di pemakaman seolah menjadi cerminan dari ketidaksepakatan diplomatik yang kian meruncing.
Surat Perintah Penangkapan ICC: Belenggu Perjalanan Netanyahu
Faktor hukum internasional juga menjadi alasan kuat di balik ketidakhadiran Netanyahu. Menurut laporan, surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) membatasi ruang gerak Netanyahu untuk melakukan perjalanan internasional.
“Menurut laporan dari Wikipedia, Netanyahu tidak menghadiri pemakaman Paus Fransiskus karena keterbatasan perjalanan internasional akibat surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC),” ungkap sumber iNews.
Status ini membuat Netanyahu menghindari kunjungan ke negara-negara yang mungkin menegakkan perintah ICC, termasuk Italia, tempat Vatikan berada. Sebagai gantinya, Israel mengirimkan Duta Besar untuk Takhta Suci, Yaron Zeidman, untuk mewakili negara tersebut di pemakaman. Keputusan ini juga mirip dengan langkah Rusia, yang mengutus Menteri Kebudayaan Olga Lyubimova karena Presiden Vladimir Putin juga terikat perintah penangkapan ICC.
Spekulasi Politik dan Dinamika Global
Ketidakhadiran Netanyahu tidak hanya soal hukum, tetapi juga mencerminkan strategi politik Israel di panggung internasional.
Pemakaman Paus Fransiskus, yang dihadiri tokoh seperti Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menjadi ajang diplomasi spontan. Kehadiran Netanyahu berpotensi memicu ketegangan, terutama dengan negara-negara yang kini memandang krisis Gaza dengan kacamata kritis. Dengan absen, Netanyahu menghindari sorotan yang bisa memperburuk citra Israel di tengah situasi geopolitik yang sensitif.
Selain itu, ada spekulasi bahwa Netanyahu ingin fokus pada agenda domestik, termasuk menangani tekanan politik internal dan konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah. Keputusan ini, meski menuai kritik, tampaknya diambil untuk meminimalkan risiko diplomatik dan hukum yang lebih besar.
Pemakaman Paus Fransiskus: Simbol Perdamaian di Tengah Konflik
Pemakaman Paus Fransiskus sendiri berlangsung dengan khidmat di Lapangan Santo Petrus, dihadiri sekitar 250.000 orang, termasuk 130 delegasi internasional. Upacara ini mencerminkan warisan Paus Fransiskus sebagai pemimpin yang merakyat dan simbol perdamaian. Namun, absennya tokoh seperti Netanyahu, Putin, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menunjukkan bahwa dunia masih terpecah oleh konflik dan dinamika politik.
Ketidakhadiran Benjamin Netanyahu di pemakaman Paus Fransiskus bukanlah sekadar keputusan pribadi, melainkan cerminan dari kompleksitas hubungan Israel-Vatikan, tekanan hukum ICC, dan strategi politik global.
Meski Israel tetap diwakili oleh duta besarnya, absennya Netanyahu tetap menjadi bahan perbincangan, menyoroti tantangan diplomasi di era yang penuh gejolak ini.