JAKARTA – Israel menghadapi tekanan diplomatik baru setelah salah satu sekutu setianya di Uni Eropa mulai mengambil jarak, memicu kekhawatiran akan pergeseran signifikan dalam dukungan politik terhadap Tel Aviv di kawasan Eropa.
Krisis Dukungan di Eropa
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah membawa dampak langsung terhadap hubungan Israel dengan Uni Eropa. Salah satu negara anggota yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat kini menunjukkan sikap berbeda. Perubahan ini dilaporkan dipicu oleh tekanan domestik, khususnya dari opini publik yang semakin kritis terhadap kebijakan Israel terkait konflik dengan Palestina.
“Uni Eropa selalu menjadi mitra strategis bagi Israel, tetapi pergeseran sikap ini bisa mengubah dinamika hubungan bilateral,” ujar seorang analis politik dari Brussels yang enggan disebutkan namanya. Ia menyebut bahwa isu hak asasi manusia dan tekanan dari masyarakat sipil menjadi faktor utama di balik perubahan ini.
Siapa Negara yang Berbalik Arah?
Meskipun laporan tidak mengungkap secara jelas negara mana yang mulai menjauh, sejumlah spekulasi mengarah pada anggota UE yang selama ini dikenal pro-Israel. Jerman, yang secara historis memiliki ikatan kuat dengan Israel, serta negara-negara Eropa Timur seperti Hungaria dan Polandia, kini disebut tengah mengevaluasi ulang posisi mereka. Desakan dari parlemen dan aktivis HAM di masing-masing negara diyakini turut mendorong perubahan arah kebijakan luar negeri.
“Israel harus segera mencari cara untuk mempertahankan pengaruhnya di Eropa,” kata Dr. Miriam Cohen, pakar hubungan internasional dari Universitas Tel Aviv. “Kehilangan dukungan dari satu sekutu saja bisa memicu efek domino di kawasan ini.”
Dampak bagi Israel
Menurunnya dukungan dari Uni Eropa dapat berdampak besar bagi posisi Israel di panggung internasional. Selama ini, dukungan Eropa menjadi penyeimbang terhadap kritik global, terutama di forum seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan mulai pudarnya dukungan itu, Israel diperkirakan akan menghadapi tekanan diplomatik yang lebih kuat.
Di bidang ekonomi dan militer, perubahan ini juga tidak bisa dianggap remeh. Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang terbesar Israel, dengan total nilai perdagangan mencapai miliaran euro setiap tahun. Jika hubungan memburuk, sektor-sektor strategis seperti teknologi dan energi bisa terdampak secara signifikan.
Langkah Israel ke Depan
Menghadapi krisis ini, Israel diperkirakan akan memperkuat aliansi dengan negara-negara di luar Eropa seperti Amerika Serikat, India, serta sejumlah negara di Asia dan Afrika. Di saat yang sama, aktivitas lobi diplomatik ke negara-negara Eropa kemungkinan besar akan digencarkan guna menghindari meluasnya efek domino dari perubahan sikap politik ini.
“Kami tetap berkomitmen untuk menjalin hubungan yang kuat dengan Eropa,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataan resminya. Namun, ia tidak menampik bahwa tantangan besar sedang dihadapi oleh pemerintah Israel saat ini.
Apa Selanjutnya?
Perubahan dinamika dukungan ini menjadi sinyal jelas bahwa konstelasi politik global terus bergerak. Bagi Israel, menjaga keseimbangan antara mempertahankan sekutu lama dan membangun hubungan baru akan menjadi kunci utama dalam menjaga posisi strategisnya. Di sisi lain, dunia menantikan sikap final Uni Eropa terhadap konflik Timur Tengah dan langkah nyata yang akan mereka ambil dalam waktu dekat.
Dengan situasi yang terus berkembang, sorotan kini tertuju pada respons diplomatik Israel dan apakah negara itu mampu mengembalikan kepercayaan mitra utamanya di Eropa.