JAKARTA – Dunia kembali diguncang oleh serangan udara intensif Israel ke Gaza, meskipun sebelumnya telah terjadi gencatan senjata. Serangan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah ini langkah strategis atau justifikasi atas klaim ancaman keamanan yang terus berlanjut?
Sejarah panjang konflik Israel-Palestina menunjukkan bahwa perjanjian gencatan senjata sering kali tidak bertahan lama. Israel berdalih bahwa serangan ini merupakan respons terhadap kelompok bersenjata di Gaza yang dinilai masih aktif dan mengancam keamanan nasionalnya.
Namun, berbagai pihak menilai langkah ini lebih sebagai strategi politik dan militer Israel untuk memperkuat posisinya di tengah tekanan domestik dan global.
Di sisi lain, serangan ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Palestina. Ribuan warga sipil terdampak, dengan korban jiwa yang terus bertambah dan infrastruktur yang semakin hancur. Dunia internasional pun mulai bereaksi keras terhadap eskalasi terbaru ini.
Indonesia Kecam Keras
Sebagai negara yang secara konsisten mendukung perjuangan Palestina, Indonesia tegas mengutuk agresi Israel.
Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk segera mengambil tindakan konkret guna menghentikan kekerasan ini.
“Indonesia mengecam keras serangan Israel yang kembali memperburuk situasi di Gaza. Kami mendesak komunitas internasional untuk bertindak tegas dalam menegakkan hukum internasional dan memastikan perlindungan bagi rakyat Palestina,” ujar perwakilan resmi pemerintah.
Selain pernyataan diplomatik, Indonesia juga aktif dalam upaya kemanusiaan. Bantuan logistik dan medis dikirimkan ke Gaza melalui kerja sama dengan lembaga kemanusiaan internasional. Ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung rakyat Palestina, baik secara politik maupun dalam aksi nyata di lapangan.
Serangan terbaru ini tidak hanya berdampak bagi Palestina, tetapi juga berisiko memperburuk stabilitas kawasan Timur Tengah. Eskalasi konflik dapat memicu ketegangan lebih luas, meningkatkan krisis pengungsi, serta menghambat upaya perdamaian yang selama ini diperjuangkan oleh berbagai pihak.
Kini, dunia menghadapi pertanyaan besar: Apakah ada harapan untuk perdamaian yang nyata? Ataukah kekerasan ini hanya akan terus berulang tanpa solusi yang jelas?
Jawabannya bergantung pada keseriusan komunitas internasional dalam menekan Israel agar menghentikan agresi dan mewujudkan solusi yang adil bagi Palestina. Jika tidak ada langkah tegas, konflik ini akan terus menjadi siklus tanpa akhir yang menelan korban jiwa lebih banyak.***