JAKARTA – Sebanyak 135 kardinal elektoral telah dipanggil untuk mengikuti Konklave, tahapan penting dalam memilih penerus Paus Fransiskus.
Dari jumlah itu, sebanyak 108 kardinal merupakan pilihan langsung Paus Fransiskus, atau yang akrab disapa Bergoglio.
Untuk memilih Paus baru, aturan mensyaratkan kandidat harus meraih dukungan dua pertiga dari total suara.
Konklave, yang berasal dari istilah Latin cum clave berarti ‘terkunci dengan kunci’, menjadi momen penting di mana para kardinal akan terisolasi penuh di Kapel Sistina.
Sesuai ketentuan Universi Dominici Gregis, Konklave baru bisa dimulai antara hari ke-15 hingga ke-20 setelah wafatnya Paus.
Jadwal Konklave
Seperti diwartakan RaiNews, dalam kondisi saat ini, jadwal Konklave diperkirakan berlangsung antara 6 hingga 10 Mei 2025.
Dimulainya Konklave akan ditandai dengan seruan “Extra omnes” atau “Keluar semua,” memerintahkan semua non-pemilih meninggalkan Kapel Sistina.
Para kardinal yang berhak memilih — mereka yang berusia di bawah 80 tahun — akan menjalani kehidupan karantina ketat tanpa akses perangkat komunikasi.
Mereka menginap di Domus Sanctae Marthae, dengan aktivitas terkontrol demi menjaga kerahasiaan proses pemilihan.
Proses Ketat
Surat panggilan resmi diterbitkan oleh Dekan Kolegium Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re, berbunyi: “Seperti yang telah diumumkan secara resmi, Yang Mulia Paus Fransiskus telah masuk ke dalam kehidupan kekal pagi ini pada pukul 07:45.”
Dalam surat tersebut, Kardinal Re juga menyampaikan, “Sesuai dengan pasal 19 Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis, saya secara resmi memanggil para kardinal elektoral untuk menghadiri Kongregasi Umum Kolegium Kardinal, yang diadakan selama kekosongan Takhta Apostolik dan sebagai persiapan untuk Konklave.”
Saat ini, dari total 253 kardinal di seluruh dunia, hanya 140 yang berada di bawah usia 80 tahun, dan 135 di antaranya dipastikan berhak memilih.
Meski ada ketentuan usia, tetap dimungkinkan adanya dispensasi tertentu seperti yang pernah terjadi di masa lalu.
Dalam masa karantina Konklave, semua peserta wajib mengenakan jubah merah lengkap dengan rocchetto (jubah putih), mozzetta (mantel pendek khas Paus), dan berretta (topi kardinal).
Di dalam ruang makan Domus Sanctae Marthae, para kardinal menikmati menu makanan yang seragam setiap hari — tradisi yang nyaris tak berubah sejak abad ke-13.
Asap Hitam atau Putih
Setelah dikunci di Kapel Sistina, para kardinal mulai melakukan pemungutan suara.
Nama calon Paus ditulis di atas kertas suara bertuliskan frasa Eligo in Summum Pontificem.
Kertas suara kemudian dilipat, diletakkan di piring perak, lalu dimasukkan ke dalam guci pemungutan suara.
Setiap sesi voting berakhir dengan pembakaran semua surat suara.
Jika belum ada Paus terpilih, kartu suara dibakar dengan campuran khusus sehingga menghasilkan asap hitam — tanda belum ada hasil.
Bila telah terpilih, surat suara dibakar dengan campuran berbeda, menghasilkan asap putih yang membumbung dari cerobong Kapel Sistina, mengumumkan kepada dunia bahwa seorang Paus baru telah terpilih.
Proses pemungutan suara dilakukan dua kali sehari: pukul 12.00 dan 19.00.
Jika setelah 33 atau 34 kali voting belum tercapai hasil, sistem akan beralih ke pemilihan langsung antara dua kandidat terkuat, namun tetap membutuhkan dua pertiga suara sah.
Tradisi Pengumuman Paus Baru
Saat seorang kardinal terpilih menyatakan menerima jabatan dan memilih nama kepausannya, maka Konklave resmi berakhir.
Paus baru akan tampil di balkon tengah Basilika Santo Petrus, mengenakan jubah putih sebagai simbol Tahta Suci.
Kardinal protodiakon kemudian mengumumkan berita gembira dengan kata-kata bersejarah: “Nuntio vobis gaudium magnum.”
Sejak masa Paus Yohanes Paulus II, tradisi baru diperkenalkan: Paus terpilih langsung menyapa umat dengan kata-kata pertama mereka.
Salah satu salam yang paling dikenang adalah dari Paus Fransiskus yang sederhana namun menggetarkan, “Saudara-saudari, selamat malam.”***